Banyuwangi, seblang.com – Dalam mengantisipasi muncul wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, komunitas peternak sapi Banyuwangi sering mengadakan pertemuan secara zoom yang nara sumbernya adalah petugas kesehatan hewan (Keswan) Dinas Pertanian dan Pangan kabupaten Banyuwangi. Selain itu nara sumbernya juga berasal dari kalangan peternak sapi sendiri.
Menurut , Ketua Komunitas Peternak Sapi Banyuwangi, Suhariyanto, dengan berbagai upaya Dinas Pertanian mampu mengatasi wabah PMK sehingga 11pergerakan PMK sejak tahun lalu kondisinya sudah melandai.
“Selain itu rata-rata hewan ternak milik komunitas peternak sapi Banyuwangi sudah mendapatkan vaksin dua kali sehingga para peternak tidak lagi dibayangi rasa-rasa takut dan was-was terimbas serangan penyakit hewan yang berpotensi merugikan mereka,” jelas Hariyanto di rumahnya pada Minggu (21/05/2023).
Alumni Fakultas Hukum Universitas Jember itu menuturkan para peternak sapi Banyuwangi saat sudah memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan kandang dengan melakukan pembersihan secara rutin dan penyemprotan disinfektan untuk membunuh kuman penyakit yang bisa menyerang hewan piaraannya.
Jumlah komunitas peternak sapi Banyuwangi saat ini sekitar 100 orang yang tersebar di berbagai kecamatan yang ada di Banyuwangi. Adapun jumlah hewan ternak sekitar 600 ekor, tambah ayah dua putri tersebut.
Hariyanto menambahkan, jenis sapi yang dipelihara oleh komunitas peternak sapi Banyuwangi sebagian besar menyukai jenis Simental dan limousin karena karkasnya lebih bisa dimaksimalkan
Pada tahun lalu rata-rata sapi yang dijual peternak sapi Banyuwangi bobotnya mencapai 500 kilogram ke atas yang bisa dijual.
“Sedangkan harga jual kurban taksirannya bukan bobot tetapi lebih pada selera dan tampilan “jogrog” sapinya. Sehingga tergantung selera pembeli, sehingga harga sifatnya relatif tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli. Rata-rata kalau jogrog sapinya bagus calon pembeli senang dan tidak terlalu mempermasalahkan harga,” pungkas Hariyanto.









