Bahkan ia pernah membaca di media sosial bupati Banyuwangi akan prioritaskan perbaikan maupun pembangunan jalan untuk menunjang dan memperlancar mobilitas warga sehingga dapat meningkatkan dampak ekonomi. “Namun hingga saat ini hanya janji belaka yang kami dapatkan,” tuturnya.
Yang lebih ironisnya, ucap Yoko, anak-anak sekolah yang berangkat dari rumahnya dengan mengenakan seragam sekolah justru harus kotor karena diperjalanan yang memang infrastruktur jalan di sini hampir sama dengan sawah seperti kubangan kerbau atau becek. Di kala musim hujan tiba, baju jadi kotor, kalau musim kering atau panas pasti muka terlihat kotor karena kena debu yang bertebaran.
“Yang lebih kasihan itu anak sekolah, pagi-pagi sudah mandi dan sudah berseragam bagus namun harus kotor dalam perjalanan, apalagi jalan menuju ke sekolah sangat jauh sekitar 3 kilometer. Kalau begini kami merasa tak memiliki pemimpin pak, karena kami selalu di anaktirikan dalam pembangunan, apakah jalan kami memang sulit di perbaiki karena jalan perbatasan,” tambahnya.
Selain jalan peneranganpun belum pernah masuk, malah pernah ia memasang penerangan jalan tapi dimarahi petugas PLN dan di putus. Dusun yang ia tinggali selain jalan rusak penerangan tidak ada sehingga pencurianpun juga meningkat, seperti halnya hewan-hewan peliharaan seperti ayam dan bebek.
“Besar harapan kami melalui media ini pemerintah Kabupupaten Banyuwangi memperhatikan kondisi kampung kami yang betul – betul membutuhkan bantuan perbaikan jalan dan penerangan dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi,” pungkasnya.//////












