Konsep awal bisnis fashion tersebut muncul ketika Anjani terlibat dalam pementasan teater dan harus membuat kostum sendiri. “Saat itu saya mengikuti pementasan teater dan harus membuat kostum sendiri. Dari sinilah muncul ide awal produksi street fashion saat itu pascapandemi kisaran 2021,” tambahnya.
Omset yang diraih Anjani pun terbilang fantastis.”Saat lebaran, saya sempat mendapatkan omset Rp 50 juta,” ujarnya.
Saat ini, Anjani memberdayakan sekitar 10 perempuan dari desanya. Dia ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa mandiri dan berkarya.
“Saya ingin merubah mindset orang-orang di desa saya untuk bisa menjadi mandiri dan bisa berkarya melalui produk fashion. Karena saat ini banyak perempuan yang nikah muda sehingga sangat terbatas ruang geraknya,” imbuh Anjani.
Saat ini, Anjani bekerja sama dengan beberapa offline store di Jakarta, Bandung, Jogja dan Malang. Dia mengaku ingin terus mengembangkan bisnisnya dengan merambah produk tas, sepatu dan produk fashion lainnya.
“Saya kongsi dengan offline store di beberapa kota besar. Untuk di Banyuwangi saya hanya melayani online saja,” pungkasnya.
Anjani membuktikan bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan pemanfaatan teknologi, perempuan muda dari daerah pun bisa meraih kesuksesan di panggung bisnis fashion yang kompetitif di kancah internasional.//////
