Piala Dunia 2022 dan Yakjuk dan Makjuj

by -1667 Views
Wartawan: Ano
Editor: Herry W. Sulaksono


“Maka Kami jadikan (yang demikian) itu peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Quran, Al Baqarah 66).

Qatar tenang-tenang saja menghadapi serangan media Barat secara membuta-babi eh .. membabi buta. Istilah Jawa: sik betah tunggak timbang gagak (masih betah tunggak kayu daripada gagak yang kaok-kaok).


Qatar sangat mafhum bahwa caci maki, ujaran kebencian, menyerang dengan hoax, mencela, menfitnah  itu adalah salah senjata golongan mufsidun dan sejenisnya seperti buzzer.

“…maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum. Dia (Allah) mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. Bersikap lemah lembut terhadap orang-oang yang  beriman, tetapi bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela…” (Quran, Al Maidah 54).

Yang mencak-mencak membela Qatar adalah Presiden FIFA Gianni Infatino. “Media Barat munafik. Menuntut orang lain menghormati budaya Barat tetapi tidak mau menghormati budaya orang lain.”

Cukup sekali bagi Qatar memberi penjelasan. Setelah itu diam.  Lebih baik menunjukkan dengan bukti, bukan dengan pernyataan sampai mulut berbusa-busa dan mata mendelik-delik.

“Kami tidak menolak penganut LGBT datang menyaksikan Piala Dunia. Silakan datang. Tapi jangan melakukan praktik LGBT di negara kami. Jangan melakukan kampanye dan propaganda.

“Kami menghormati setiap tamu yang datang tanpa pandang bulu. Karena itu ajaran Rasulullah kami,  bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah menghormati tamunya.”

“Tapi tolong para tamu juga menghormati budaya kami. Masyarakat kami. Masyarakat dan budaya kami menolak LGBT,” kata utusan Qatar dalam rapat FIFA.

Timnas Jerman

Qatar konsisten dengan sikapnya. Tidak model kok pagi kedele sore tempe malamnya jadi mendolan.  Contoh sikapnya terhadap  Timnas Jerman.

Timnas Jerman datang ke Qatar dengan membawa dua misi. Pertama, merebut juara dunia untuk kelima kalinya. Kedua, melakukan propaganda LGBT.  Qatar tetap melayani Jerman seperti terhadap tim-tim lain. Tim umumnya naik bus ke stadion, Jerman juga naik bus. Tidak kok dinaikkan truk atau colt tepak.  Suporter Jerman pun ditawari makanan sedekah seperti kepada suporter yang lain.

Tetapi ketika Jerman hendak melakukan misi kedua dengan memasang simbol-simbol kaum sodom dan gomoroh, Qatar dengan tegas menentang.

Syukurlah  kedua misi Jerman berantakan. Jerman harus pulang pagi-pagi setelah tidak lolos grup. Misi propagandanya seperti hendak mengenakan pita pelangi di lengan ditolak FIFA. Jerman harus pulang dengan muka kecut, kepala ditekuk seperti unta.  Untungnya tidak pulang tidur di gardu bantal kentongan. Qatar mengantar kepulangan Jerman tetap dengan sikap hormat.

Dan Qatar telah mengglobalkan konsep dasar hubungan manusia yang didasarkan Quran Surah Hujurat 13.

“Wahai manusia. Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamju berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di sisi Allah di antara kamu ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha Teliti.”

Konsep dasar ini merupakan antitesis dari konsepnya Yakjuj dan Makjuj yang melakukan penindasan sesama manusia, diskriminasi, pembersihan etnis dan genocide melalui penghentikan reproduksi manusia, perdagangan manusia, perbudakan, menggelapkan hati manusia.

Rabbi a’lam (Tuhan Mata Tahu).

Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo no HP 085645750003.

iklan warung gazebo