Distrik Rogojampi menampilkan “Sangyang Tuwuh”, ritual masyarakat Aliyan dengan tembang-tembang berisi harapan kebaikan. Penutup defile spektakuler ini dilakukan Distrik Genteng melalui tradisi “Kawin Tebu”, prosesi perkawinan simbolis dua batang tebu terbaik.
Iringan gamelan dan angklung Banyuwangian yang dimainkan langsung semakin memperkaya suasana. Parade mobil hias dengan miniatur budaya daerah dan atraksi Barong dengan gerakan lincahnya turut memikat perhatian ribuan penonton.
“Semangat merawat keberagaman inilah yang menjadi spirit Banyuwangi Festival untuk terus digelar setiap tahunnya dengan melibatkan banyak elemen masyarakat mulai dari anak-anak hingga para sesepuh,” tutup Ipuk. (*)










