“Pagar itu namanya breakwater, berfungsi untuk menangkap pasir dan mencegah abrasi. Siapa yang membangun, kami tidak tahu,” ungkapnya.
Sedangkan para nelayan setempat mengeluhkan dampak langsung dari pagar batu tersebut. Salah satu nelayan, R (73), warga Lingkungan Tanjung, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, menyebut bahwa akses mereka mencari kerang kini terhambat.
“Sebelum ada tembok batu ini, kami cukup jalan saja melewati pinggir pesisir pantai untuk cari Kerang Remis. Tapi sekarang tidak, harus menggunakan sampan atau lewat memutari hotel menggunakan motor,” ujar R yang sudah setengah abad lebih berprofesi sebagai nelayan.
Nelayan setempat tidak sekadar kesulitan beraktifitas. Mereka juga kehilangan hak memarkirkan perahu di pesisir pantai yang kini dikelilingi tembok batu. “Pesisir pantai ini milik umum, bukan hotel,” tegasnya.
Dampak lingkungan turut menjadi persoalan serius. Menurut R, pagar batu yang menjorok ke laut puluhan meter tersebut telah mengakibatkan abrasi parah di lahan di sebelahnya. “Lahan warga di utaranya terkena imbas abrasi hingga tergerus beberapa meter,” ungkapnya.
Saat dikonfirmasi, pihak Hotel Dialoog Banyuwangi terkesan enggan memberikan tanggapan. “Jika ingin konfirmasi, bersurat dulu, nanti akan dijawab oleh pihak hotel,” ujar resepsionis hotel menyampaikan pesan dari atasannya.//////











