“Sambutannya luar biasa. Kopinya enak, dan kami diberi secara cuma-cuma,” kata Adela.
Ia juga memuji kuliner tradisional. “Kue kucurnya manis dan lembut. Nikmat sekali saat masih hangat,” ucapnya.
Ardek pun tak ketinggalan memberikan kesan. “Banyuwangi sangat ramah. Festival seperti ini membuat kami merasa diterima. Saya pasti merekomendasikan teman-teman datang,” katanya.
Di sudut lain, selebgram Winona Araminta hadir bersama keluarganya. Di tengah kesibukannya di Jakarta, ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti Ngopi Sepuluh Ewu.
“Sumpah, vibes-nya seru banget. Ramai, meriah, tapi tetap hangat. Makanan juga enak dan harganya ramah di kantong,” ujarnya.
Kepala Desa Kemiren, M. Arifin, menjelaskan bahwa keberlangsungan festival ini selama lebih dari satu dekade lahir dari filosofi masyarakat Osing: suguh, gupuh, lungguh. Tiga nilai ini menjadi pegangan dalam menyambut tamu—memberi suguhan, penuh antusias, dan menyediakan tempat terbaik.
“Ngopi Sepuluh Ewu adalah cermin dari nilai-nilai itu. Selain menjaga tradisi, ini juga menjadi ruang pemberdayaan ekonomi warga,” ucap Arifin. (*)










