Banyuwangi, seblang.com – Sebuah realitas pahit terungkap di pinggir pantai Kampung Baru Grajagan, Kabupaten Banyuwangi. Mbah Sulastri (77), seorang nenek sebatang kara, tinggal dalam kondisi memprihatinkan di sebuah warung sederhana yang berdinding tambalan triplek bekas dan potongan kalsiboard.
Tempat tinggalnya yang tak layak huni terpapar angin pantai dan deburan ombak selatan. Saat musim hujan, air masuk dari sela dinding yang rapuh, dan genteng yang bocor menambah kesulitannya. “Ya beginilah, kalau hujan airnya masuk karena tiupan angin, dan ada gentengnya yang bocor,” ungkap Mbah Sulastri.
Pendapatan sehari-harinya berasal dari usaha penjualan kopi dan mie kepada para nelayan. Namun, cuaca buruk seperti saat ini membuat pendapatannya berkurang bahkan nihil. “Kalau sekarang, musim angin hanya dapat 20 ribu, kadang ya blas (tidak sama sekali), karena cuaca buruk tidak ada perahu melaut, terus siapa yang beli?” jelasnya.












