Saat ditanya terkait riwayat rumahnya itu, Mbah Mitun menceritakan jika awalnya rumah ini dibangun seluruhnya menggunakan bahan bambu. Lama kemudian, dia merenovasi rumahnya itu dengan cara membeli bata.
Karena uangnya tak cukup, bata itu hanya di bangun di bagian depan, dan samping hanya separo. Untuk menambal dinding samping kanan – kiri, nenek ini menutupnya dengan gedhek. Lama kemudian, nenek ini punya rezeki dan membeli pasir untuk memplester kamar dan ruang tamu rumahnya tersebut.
“Dulu gedhek semua, plesternya tanah. Ya dibenahi, dan menyuruh tukang,” urainya.
Disinggung soal perhatian dari pemerintah desa setempat terkait rumahnya itu Mbah Mitun mengatakan, sempat beberapa kali difoto – foto oleh petugas desa. Yang katanya untuk program bedah rumah. Namun, hingga saat ini tak ada kabar kelanjutannya.
“Sering difoto. Apa mungkin ada batanya ini ya terus dikatakan masih layak,” paparnya.
Sementara itu, viralnya berita nenek ini menuai respon dari instansi terkait. Perangkat desa dan perwakilan Dinas Sosial Banyuwangi, mengunjungi kediamannya.
“Sudah dua hari ini ada petugas. Yang terkahir tanya terkait KTP. Ya mudah – mudahan bisa berlanjut,” harap Mbah Mitun. //////










