“Di sinilah pentingnya marketing 5.0 yang saya susun dengan Philip Kotler ini, menghadirkan jawabannya. Dimana tagline utamanya adalah teknology for humanity,” ungkapnya.
Kemajuan teknologi pada masa itu, lanjutnya, jangan sampai menghilangkan sisi humanitas manusia. Teknologi justru harus digenggam oleh kemanusiaan itu sendiri. “Jika tidak, maka kemajuan teknologi akan percuma,” imbuhnya.
Untuk itu, ia menawarkan satu konseptualisasi yang berangkat dari karakter pewayangan yang khas nusantara, punakawan. Para tokoh rekaan yang tak ditemukan dalam lakon Mahabarata versi India itu, memiliki sisi pelengkap yang penting dari lima bersaudara pandawa.
“Bagong adalah simbol kreativitas, ini harus saling melengkapi dengan karakter Nakula Sadewa yang mencitrakan produktivitas. Begitupula Petruk yang inovatif, harus bersanding dengan Arjuna yang improvment. Inovasi yang tidak terukur dengan baik, ya percuma,” jelasnya.
“Sedangkan sosok Gareng yang entrepreneurship, harus diimbangi dengan profesionalitas seperti halnya Bima. Begitu pula sebaliknya,” imbuhnya.
Yang tak kalah pentingnya, lanjut Hermawan, adalah karakter leadership pada Semar. Hal ini tersebut, harus dipadukan dengan sisi menejerial sebagaimana ada pada sosok Yudistira. “Jangan beranggapan sempit. Hanya yang memiliki kewenangan menejerial saja yang harus menjadi leader. Tapi, kita semua harus menjadi leader yang mampu menggerakkan dan memenejeri berbagai hal,” pungkasnya.
Pembekalan para ASN dengan mendatangkan para pakar tersebut, telah dilakukan secara reguler oleh Pemkab Banyuwangi. Dengan berbagai perspektif dan kepakaran. (*)












