Yang menarik, kasur yang dijemur bukanlah kasur biasa. Kasur khas Kemiren memiliki warna hitam dan merah, yang sarat makna. “Hitam melambangkan keabadian dalam hubungan, sedangkan merah menggambarkan keberanian dan kerja keras. Dua unsur ini penting dalam membangun rumah tangga yang bahagia,” imbuhnya.
Kasur berwarna hitam dan merah bahkan menjadi perlengkapan penting yang diberikan kepada anak perempuan saat menikah. Tradisi ini menjadi simbol bahwa pasangan pengantin telah memiliki kelengkapan rumah tangga, dan secara simbolis siap membangun kehidupan yang baru.
Namun, Adi juga mengungkapkan bahwa melestarikan tradisi ini bukan tanpa tantangan. “Kasur yang berat membuat proses mepe menjadi sulit, apalagi jika perawatan kasur kurang baik, itu bisa menimbulkan rasa malu bagi pemiliknya,” katanya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjaga kualitas dan semangat pelestarian tradisi ini.
Ia menegaskan bahwa Mepe Kasur bukan hanya budaya, melainkan identitas. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga warisan leluhur ini? Anak-anak muda harus bangga dengan tradisi ini dan menjadikannya bagian dari kehidupan mereka,” tutup Purwadi.//////










