“Saya mendapatkan laporan bahwa pondok pesantren ini memiliki santri yang berasal dari seluruh Indonesia. Itu artinya pondok pesantren ini tempat persilangan lintas budaya Indonesia. Kalau di dalam bahasa Inggris namanya melting pot. Pot besar yang di dalamnya berisi sekumpulan aneka ragam bunga,” ungkap Menko Muhadjir.
Dengan keanekaragaman itu, lanjut Muhadjir, akan lahir sosok santri yang memiliki kemampuan multidimensional karena telah melalui berbagai macam komunikasi, saling melengkapi dan menyempurnakan antar budaya yang dimiliki oleh masing-masing santri.
“Insya Allah pada waktu pertama datang ke sini, para santri istilah Jawanya culun, kembali ke pangkuan orang tuanya sudah tercerahkan, yaitu sudah memiliki pemahaman pengetahuan, sikap, maupun ilmu keagamaan dan keduniawian,” ucap Muhadjir.
Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pesantren sebagai lembaga pendidikan yang dapat diperhitungkan masyarakat, Muhadjir berharap Pesantren Ar Roudhotul Ilmiyah mampu melakukan transformasi menuju keseimbangan antara memberikan ilmu tentang agama dan ilmu pengetahuan umum.
“Anak-anak jangan hanya dibekali ilmu-ilmu agama, tetapi juga harus diberi imbangan ilmu-ilmu keduniawian. Sekarang yang paling terkenal itu STEM, yaitu science, technology, engineering, dan mathematics. Itu penting sekali dibekalkan kepada anak-anak kita,” harap Menko Muhadjir.
Turut hadir dalam agenda itu, Pj. Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna, Wakapolres Nganjuk Subiyantana, pimpinan. tenaga pengajar, serta santri Pondok Pesantren Ar Raudlotul Ilmiyah Kertosono.(*/ANO)












