Namun, Rusmawati tak berhenti di sana. Ia paham bahwa pendidikan tanpa pemberdayaan ekonomi bagaikan pohon tanpa akar. Maka, lahirlah inisiatif kelompok pinjaman lunak. Dalam empat tahun terakhir, 40 ibu rumah tangga telah menerima pinjaman sebesar Rp 1 juta per orang.
Dana ini bukan sekadar uang, melainkan benih harapan. Para ibu mulai beternak ayam dan bebek, berkebun sayur di pekarangan rumah, hingga membuat ikan asin. Perlahan tapi pasti, roda ekonomi berputar, membawa senyum ke wajah para peternak dan petani kecil.
Pendanaan SBA sendiri merupakan perpaduan dari berbagai sumber. Kucuran dana Hapsari, organisasi induk SPPN, dikombinasikan dengan SPP murid yang berkisar antara Rp 8.000-10.000 per bulan, serta bantuan dari lembaga asing. Meski tak besar, dana ini cukup untuk menutupi honorarium guru dan biaya operasional sehari-hari.
Dedikasi Rusmawati dalam membangun kemandirian masyarakat pesisir tak luput dari sorotan. Pada tahun 2011, ia menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh Astra. Penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas jerih payahnya, tetapi juga suntikan semangat untuk terus berkarya.
Seiring berjalannya waktu, Rusmawati kini berhasil mendirikan lebih dari delapan sanggar di sekitar pesisir Serdang Bedagai. Tidak hanya itu, ia juga memberikan bimbingan kepada perempuan muda yang telah putus sekolah. Rusmawati melatih mereka dalam pengajaran yang benar agar kelak mereka bisa menjadi pengajar bagi warga lainnya.












