Kemudian, kain putih yang menutup cungkup makam dan kelambu yang ada di sekitarnya dilepas dan dilipat dan dimasukkan kedalam besek besar untuk dicuci di Dam Krambatan, Banyu Gulung.
Setelah kain lawon dicuci hingga bersih, warga kembali membawanya ke Balai Tajuk yang ada di lingkungan Cungking untuk di peras dan airnya ditaruh pada wadah yang disediakan.
“Kain lawon ini dijemur di jalan lingkungan Cungking dengan menggunakan tali tambang diikat dengan bambu tinggi empat meter. Ini merupakan puncak dari ritual resik lawon, sebelum kain-kain putih itu nantinya kembali di pasang di petilasan,” imbuh Jam’i.
Prosesi ritual ini keseluruhan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan para perempuan menyiapkan hidangan makanan untuk disajikan kepada tamu-tamu yang datang ke Balai Tajuk.
Sewaktu menjemur kain putih itu tidak boleh jatuh dan terkena tanah. Hal ini karena dipercaya akan berimbas kepada kondisi tertentu.
Untuk kain lawon yang sudah rusak, langsung diganti yang baru. Kemudian dipasang kembali sebagai kelambu di pondok petilasan Ki Buyut Cungking di lingkungan pemakaman Lingkungan Cungking./////












