Tausiyah ini disambut antusias oleh Warga Binaan yang terlihat khusyuk mendengarkan setiap nasihat yang disampaikan. Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan Warga Binaan mengambil pelajaran dari peringatan Maulid Nabi Muhammad dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk perubahan yang lebih baik di masa depan.
Dalam peringatan PHBI Maulid Nabi Muhammad khususnya di Kabupaten Banyuwangi terdapat tradisi unik Festival Endhog – Endhogan yang dicetuskan oleh Mbah KH. Abdullah Faqih bin Umar atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah KH. Faqih Cemoro yang merupakan ulama besar di zaman kolonial.
Agus menyebut bahwa tradisi endhog – endhogan adalah telur yang direbus dan dihias dengan bunga kertas lalu ditancapkan ke jodhang (pohon pisang berhias) serta diarak mengelilingi blok hunian Lapas Banyuwangi dan diiringi dengan pembacaan sholawat terhadap Nabi Muhammad .
Berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap komponen Festival Endhog – Endhogan yaitu telur yang terdiri dari tiga bagian (kulit, putih telur dan kuning telur). Fase kulit disimbolkan sebagai fase lahir, putih telur sebagai fase hidup di dunia dan kuning telur sebagai fase akhir kehidupan.
Makna telur yang ditancapkan ke jodhang melambangkan Iman, Islam dan Ihsan yang disatukan dan ditegakkan ke atas berdasar kalimat Allah SWT serta kelurusan, kekuatan, dan keteguhan yang tinggi dalam meneladani Nabi Muhammad.
Selanjutnya makna pohon pisang yang dapat bermanfaat disetiap bagiannya, sama seperti setiap muslim yang mampu menjadi pribadi yang bermanfaat. Sebagaimana Nabi Muhammad yang selalu memberi manfaat kepada seluruh umat manusia.
Dan yang terakhir adalah hiasan kertas berbentuk bunga yang berwarna – warni. Memiliki makna sebagai simbol bahwa Nabi Muhammad adalah suri tauladan yang agung, serta manusia dengan akhlak yang sempurna dan indah dengan ajaran yang penuh kedamaian./////












