Menurut dia ketrampilan pandai besi bukan dengan belajar khusus tetapi didapatkan secara turun temurun mulai dari kakeknya.”Tetapi saat ini anak dan menantu saya tidak ada yang tertarik untuk menjadi pandai besi,” ujarnya.
Pada awal menjadi pandai besi, tidak jarang P Tomo harus mengeluarkan uang yang cukup besar pada masa itu untuk mengganti parang rusak yang seharusnya dia perbaiki.
Namun Tomo muda waktu itu menganggap sebagai konsekuensi yang harus ditanggung dan secara tidak langsung dia belajar dengan melihat langsung dari para pandai besi yang lebih ahli dalam membuat atau memperbaiki pisau atau parang yang diperbaiki.
Lebih lanjut dia mengungkapkan rasa syukurnya dengan memiliki ketrampilan sebagai pandai besi dia masih hidup sehat sampai saat ini. Sementara tidak sedikit teman seangkatannya yang sudah meninggal dunia.
Dengan penghasilan sebagai pandai besi P Tomo mampu menghidupi diri bersama dengan istri tercinta yang setiap hari membuka usaha warung kopi disamping tempat kerjanya.












