Lebih lanjut, Mashuriono menjelaskan bahwa acara ini juga sejalan dengan program ketahanan pangan yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia. Salah satu upaya nyata yang dilakukan Pemerintah Desa Tuliskriyo adalah pembangunan infrastruktur pertanian berupa sumur bor dan jaringan irigasi yang ditujukan untuk mendukung produktivitas para petani.
“Tahun ini kami bangun sumur baru di Dusun Sendang yang mampu mengairi sekitar lima hektare sawah, dan rencananya akan ditambah tiga titik lagi. Ini bagian dari upaya kami untuk memperkuat ketahanan pangan desa dengan memastikan ketersediaan air irigasi bagi lahan pertanian warga,” jelasnya.
Acara puncak ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh perwakilan kelompok tani yang kemudian diserahkan kepada Kepala Desa sebagai simbol rasa syukur dan kebersamaan. Prosesi dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin tokoh agama setempat, serta makan bersama sebagai wujud kekeluargaan.
Sedekah bumi di Desa Tuliskriyo tidak hanya menjadi sarana spiritual dan kebudayaan, tetapi juga momentum reflektif bagi masyarakat untuk memperkuat solidaritas sosial serta merawat kelestarian alam yang menjadi tumpuan hidup para petani.
Mashuriono berharap tradisi ini dapat terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian dari identitas dan kekuatan sosial masyarakat pedesaan. (dip)