“Spirit inilah yang bisa menjadi kekuatan seluruh jajaran untuk membangun Kota Mojokerto. Mampu untuk berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder dan elemen masyarakat untuk memajukan kota ini dengan luas wilayah yang sempit tapi menjadi sebuah kota besar, yang menjadi rujukan atau semacam pilot project untuk kemajuan kota di Indonesia,” kata Ning Ita.
Ning Ita menambahkan Pemerintah Kota Mojokerto juga memiliki konsistensi untuk membangun kebudayaan, menyatukan berbagai warisan budaya menjadi event-event dan akhirnya menjadi multiplayer efek menggerakkan ekonomi dari sektor wisata budaya.
Lebih jauh Ning Ita menjelaskan bahwa untuk menyesuaiakan dengan industri 4.0 maupun society 5.0 maka pembangunan pariwisata di Kota Mojokerto juga akan memanfaatkan artificial intelegence (AI). “Kawasan wisata bahari Majapahit sebagai pendukung KSPN Trowulan, sehingga kunjungan wisatawan di Mojokerto tidak hanya disuguhi situs-situs sejarah tetapi juga bisa melihat sebuah miniatur Majapahit dengan memanfaatkan AI, untuk belajar sejarah sembari menikmati wisata kuliner, wisata susur sungai, wisata agro petik jeruk,” tuturnya.
Tak hanya untuk sejarah Majapahit yang didesain dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana literasi budaya. Wali kota perempuan pertama ini juga akan membangun Galeri Sukarno di SD Purwotengah yang dulunya merupakan sekolah ongko loro tempat Presiden Sukarno penah menuntut ilmu selama di Kota Mojokerto. /////










