Kapolresta juga menyebut bahwa penggunaan motor yang dimodifikasi khusus untuk pengangkut hasil panen bisa menjadi alternatif murah dan efisien, terutama di wilayah yang jauh dari akses jalan utama. Namun demikian, ia juga menekankan perlunya perhatian terhadap kondisi galengan sawah yang sering rusak saat panen raya.
“Kalau pemanfaatan manol ini terus dilakukan, maka kita harus pikirkan juga bagaimana menjaga galengan tetap kuat. Mungkin bisa melalui gotong royong warga atau nanti kita bantu usulkan untuk pengerasan jalur tani. Supaya kegiatan seperti ini bisa berlangsung rutin dan bermanfaat jangka panjang,” tambahnya.
Lebih jauh, Kapolresta berkomitmen akan mengusulkan agar ajang ini bisa masuk ke dalam kalender resmi Banyuwangi Festival. Menurutnya, kekuatan lokal seperti ini harus diberi ruang lebih luas agar bisa tumbuh menjadi atraksi wisata tahunan.
“Kalau dilihat antusiasme warga seperti ini, saya yakin ini bisa jadi agenda besar ke depan. Tinggal dikemas lebih rapi, kita sinergikan dengan pemerintah daerah, dan pastinya tetap utamakan keselamatan,” tegas Kombes Rama.
Ditambahkan Ketua Panitia Dani Wahyudi, lomba ini terdiri dari empat putaran: dua tanpa beban dan dua dengan beban gabah. Panitia menyediakan hadiah menarik, termasuk kambing senilai Rp2,5 juta untuk juara pertama, kambing Rp1,5 juta untuk juara kedua, dan uang tunai Rp500 ribu untuk juara ketiga. “Ini sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap para manol gabah,” katanya.
Suasana di lokasi juga dipenuhi aneka kuliner dan produk lokal yang dijajakan oleh UMKM binaan warga sekitar. “Kami juga berharap event ini bisa menghidupkan UMKM di desa, sekaligus sebagai ajang silaturrahmi di momen lebaran,” ungkapnya.












