“Permintaan sangat banyak. Saat musim panen raya, misalnya, apabila sehari panen 400 buah, itu bisa langsung habis. Tiap buah sudah ada pemesannya,” sambungnya.
Bukan hanya kebun sendiri, Risma juga menggandeng petani durian lain sebagai mitra. Ia turut menjualkan buah-buah hasil panen petani melalui pasar yang ia kembangkan lewat media sosial. Jika ditotal, ada sekitar seribu pohon durian yang kini diurus oleh Risma dan mitranya di Kecamatan Songgon.
Tak berhenti di sana. Risma yang terjun ke dunia pertanian durian sejak 2018 itu juga membuat tempat wisata edukasi durian di kebun yang ia kelola. Dengan bantuan Pemkab Banyuwangi dan menggandeng berbagai agen travel, tempat wisata itu menjadi salah satu jujukan utama bagi wisatawan yang ingin menikmati durian lokal khas Banyuwangi.
Saat ini, Risma punya misi baru untuk lebih membumikan dunia pertanian kepada anak muda, khususnya di Banyuwangi. Ia berencana membuat komunitas petani muda sebagai wadah saling berbagi informasi soal dunia pertanian. Dari hulu sampai hilir. Dari penanaman sampai penentuan pasar.
Komunitas itu juga akan bergerak mengenalkan dunia pertanian ke generasi muda. “Yang pasti kami tidak akan memaksa. Kami akan mengenalkan, mereka yang memiliki ketertarikan bisa bergabung untuk menimba ilmu bersama-sama,” tambahnya.
Cara lain, Risma juga akan datang ke lembaga pendidikan untuk mengenalkan dunia pertanian. Saat ini, Risma dipercaya oleh salah satu pondok pesantren di Banyuwangi untuk turut ambil bagian dalam mengembangkan lembaga pendidikan di sana.
“Melalui itu, saya yakin akan lebih mudah untuk membagikan ilmu yang sama miliki kepada mereka yang berminat di bidang pertanian,” sambung lulusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Banyuwangi tahun 2022 itu. (*)












