“Bermain langsung diluar rumah dengan menyentuh sesuatu yang tidak ada di ruang kelas, tadi anak-anak memulai dengan bermain kolase. Mereka mencari medianya dari bahan yang ada di sekitarnya. Tidak boleh memetik bunga, tidak boleh memetik daun. Tapi, boleh memanfaatkan daun dan bunga yang jatuh, atau mungkin sampah-sampah plastik yang ada di sekitar taman. Kemudian dimanfaatkan menjadi susunan pola bergambar,” ulasnya.
Sedangkan untuk peserta yang mengikuti even Dolan Bareng itu, jumlahnya kurang lebih 15 anak. Usianya beragam, mulai dari SD hingga SMP.
“Kegiatan ini baru pertama kali kami adakan, tapi ini menjadi pemicu yang nantinya kita akan membuat kegiatan yang lebih besar lagi. Insyaallah temanya tetap isu lingkungan, yaitu konservasi terhadap kunang-kunang. Mudah-mudahan bulan November, kita bisa menyelenggarakan pekan kunang-kunang kebudayaan. Salah satu tajuknya adalah memberi ruang untuk anak-anak pada festival dolanan,” ungkapnya.
“Itu yang masih kita rancang, dan semoga ini menjadi awal untuk anak-anak mendapatkan ruangnya kembali,” pungkasnya.
Terpisah, salah seorang peserta Dolan Bareng Ravanda Hanindia mengaku senang bisa belajar sekaligus bermain dan menyatu dengan alam.
“Asik bisa bermain dengan teman-teman di sawah. Tadi sempat jatuh, tapi seru,” ucap Ravanda Hanindia.
“Tadi juga bermain tanah lempung, membuat karya piring dan gelas. Juga buat kolase, dari sampah-sampah daun dan ranting. Pokoknya seru banget,” tutupnya.//////











