“Saya sangat senang melihat lomba hari ini. Rasanya memang seperti berada di pedesaan yang kental dengan suasana Osing. Dialognya juga lucu-lucu sekali,” ungkap seorang penonton.
Kalimat Celathu sendiri secara harfiah berarti omelan atau ocehan. Celathu sering digunakan untuk memarahi orang, mengungkapkan kekesalan, atau apapun yang sejenis. Bagi masyarakat Banyuwangi yang berasal dari Suku Osing, Celathu merupakan bagian dari
tradisi lisan yang perlu dipelihara dijaga dan dilestarikan.
“Setiap tahunnya, kami selalu mengadakan lomba Teater Celathu karena budaya ini merupakan salah satu “gambaran” Suku Osing. Melalui lomba ini, kami mengajak semua orang untuk melestarikannya,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui Staf Bidang Kebudayaan Eko Bawanto.
Pemkab Banyuwangi terus mendorong untuk menjaga memelihara dan melestarikan tradisi budaya Celathu ini melalui agenda Banyuwangi Festival. Selain tujuan konservasi, hal itu dilakukan untuk mendorong sanggar dan komunitas seni agar dapat mengembangkan seni tradisi lisan dengan pendekatan yang segar inovatif.












