“Barong bukan hanya sekedar kesenian. Ia adalah simbol kearifan lokal dengan filosofi mendalam yang harus kita wariskan dari generasi ke generasi,” tambah Ipuk.
Bagi masyarakat Banyuwangi, barong memiliki makna ganda. Selain sebagai bentuk kesenian, kata “barong” juga dapat diartikan sebagai “bareng-bareng” (bersama-sama), menyimbolkan semangat gotong royong dalam melestarikan budaya dan menjalani kehidupan.
Barong umumnya diwujudkan menyerupai singa, melambangkan kegagahan. Lebih dari itu, barong merepresentasikan kehidupan manusia, di mana nilai-nilai kerukunan hingga keagungan Tuhan tersirat dalam setiap ornamennya.
Keragaman barong di Banyuwangi tercermin dari berbagai jenisnya, seperti Barong Kumbo Rudo-Rudo, Prejeng, Kemiren, Kucingan, Jaranan, Lundoyo, Naga, dan masih banyak lagi.
Antusiasme masyarakat terhadap festival ini terlihat jelas. Anisa, salah satu pengunjung, mengungkapkan kegembirannya, “Sangat menarik bisa melihat beragam barong berkumpul dalam satu acara. Ini membuka wawasan kami tentang keunikan masing-masing jenis barong, meskipun secara umum bentuknya mirip.”
Festival Barong Kumbo tidak hanya berhasil menghibur, tetapi juga menjadi sarana edukasi budaya yang efektif, menghidupkan kembali semangat pelestarian warisan leluhur di tengah arus modernisasi. (*)












