Selain itu, Banyuwangi juga mendorong percepatan digitalisasi sebagai infrastruktur kelima setelah jalan, jembatan, bandara, dan pelabuhan. Digitalisasi mampu memangkas jarak dan waktu pelayanan publik agar lebih mudah diakses masyarakat.
“Inovasi menjadi kunci keberhasilan kami. Tapi inovasi versi kami jelas kriterianya, yaitu tidak menambah SDM, tidak menambah anggaran, dan tidak membuat aplikasi baru. Inovasi bagi kami adalah kreativitas memaksimalkan kondisi yang ada,” kata Ipuk.
Dengan pendekatan inovasi, kolaborasi, pengawasan, dan digitalisasi, Ipuk menyebut capaian makro Banyuwangi terus membaik. Angka kemiskinan berhasil ditekan hingga 6,13 persen pada 2025 (tercatat terendah dalam sejarah), sementara pertumbuhan ekonomi Banyuwangi mencapai 5,72 persen di 2025 (angka ini) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur maupun nasional. Di sisi lain, pendapatan per kapita masyarakat telah menembus Rp62 juta per tahun.
“Semua ini kami lakukan dengan satu kunci, yaitu komitmen kepemimpinan dan pengawasan. Dengan begitu, pembangunan bisa berjalan cepat, berkelanjutan, dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” terang Ipuk.
Pengawas Internal SKK Migas Irjen Pol (Purn) Ibnu Suhaendra mengatakan, keberhasilan pembangunan Banyuwangi menjadi salah satu alasan daerah ini dipilih sebagai lokasi Rapat Kerja Bidang Pengawas Internal SKK Migas. Forum tersebut sekaligus membahas perencanaan kerja tahun 2026 untuk mendorong peningkatan lifting migas nasional.
“Kami melihat Banyuwangi sebagai contoh keberhasilan. Tadi disampaikan oleh Ibu Bupati bagaimana inovasi, kerja sama, dan pengawasan atau monev dijalankan secara konsisten. Ini sangat relevan dan bisa menjadi inspirasi bagi institusi, termasuk SKK Migas,” kata Ibnu.
Ke depan, SKK Migas juga melihat peluang pengembangan Kawah Ijen agar lebih ramah wisatawan, salah satunya dengan mendorong akses yang tidak lagi menggunakan gerobak, melainkan melalui pengembangan kereta gantung. Gagasan tersebut akan disampaikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, agar pariwisata Banyuwangi semakin mendunia. (*)












