Lebih lanjut, Ipuk menjelaskan bahwa penanganan masalah ini membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pendampingan dari dokter spesialis anak dan spesialis obstetri dan ginekologi.
“Kami juga sangat mengapresiasi inovasi Barak Pitu dari IBI Banyuwangi. Mari bersama-sama kita bersinergi untuk menuntaskan masalah stunting dan AKI/AKB,” ajak Ipuk.
Sementara itu, Ketua IBI Banyuwangi, Yulianingsih, menyampaikan bahwa jumlah bidan di Banyuwangi mencapai 1.828 orang. Dalam upaya penanganan stunting dan AKI/AKB, IBI telah meluncurkan inovasi Barak Pitu, yang merupakan akronim dari “Banyuwangi Bergerak Peduli Ibu Hamil Tujuh Terlalu”.
Tujuh kondisi “terlalu” yang dimaksud meliputi kehamilan yang terlalu muda, terlalu tua, terlalu lambat hamil, terlalu cepat hamil, terlalu kurus, terlalu gemuk, dan terlalu pendek.
“Kami, para bidan, telah berkomitmen untuk menggiatkan Barak Pitu dalam setiap pelayanan kebidanan. Jika ditemukan kasus-kasus berisiko, kami akan segera melakukan rujukan dini agar pasien mendapatkan intervensi yang tepat dari rumah sakit dan dokter kandungan,” jelas Yulianingsih.










