“Sehingga total biaya yang dikeluarkan pada akhirnya hampir sama. Namun apabila acara dilaksanakan di hotel panitia dan guru fokus pada pengisian acara tetapi dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan kemampuan rata-rata orang tua/wali murid yang ada,” tambah Agung.

Solusi yang bisa diambil menurut Agung Dinas Pendidikan Banyuwangi mengeluarkan himbauan untuk tidak menggelar acara perpisahan yang terlalu memberatkan masyarakat. Namun tidak melarang sekolah untuk menggelar acara wisuda dan perpisahan siswa dengan kesepakatan orang tua/ wali. Selain itu juga membebaskan biaya bagi mereka yang benar-benar tidak mampu.
Kemudian agar tidak berat sekolah bersama orang tua/ wali murid sejak awal masuk sekolah membuat kesepakatan untuk merencanakan acara dan mengadakan tabungan atau mengangsur setiap bulan, imbuh Ketua Askab PSSI Banyuwangi itu.
Sedangkan untuk mengurangi atau menghilangkan biaya ke salon, pihak sekolah bisa kerjasama mengadakan pendidikan dan pelatihan merias bagi siswi maupun orang tua secara berkala.” Sehingga siswa yang akan mengikuti wisuda tidak harus mengeluarkan biaya ke salon tetapi cukup dirias oleh orang tua atau teman-temannya,” imbuh Agung.
Untuk sekali wakil rakyat asal Gambiran itu meminta Dinas Pendidikan dan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Jatim) di wilayah Banyuwangi untuk melakukan evaluasi dan kajian yang komprehensif agar pelaksanaan wisuda siswa yang sebenarnya efektif dan efisien tidak menjadi beban bagi masyarakat dan stakeholder terkait yang lain.///////












