Lebih lanjut Dr. Rukin mengatakan dirinya tidak terima karena sebagian dari asesor bertugas di pegunungan, tugas di pelosok, bahkan tugas di kepulauan dengan bertarung nyawa. “Hal ini tidak pernah diberikan penghargaan sama sekali, melainkan mendapat bahasa yang tidak enak kami dengar, dengan bahasa W mengatakan asesor itu sudah dibayar oleh negara padahal kami berangkat itu biayanya sendiri baru diberikan pembiayaan setelah kita melaporkan semua kegiatan,” ucapnya.
Dr. Rukin menambahkan jika dirinya merasa tidak dihargai dan menuntut untuk sebagian besar kawan kawan asesor lainnya tidak akan bertugas di tahap 3 sekalipun Surat tugas sudah ditangannya.
“Kami sudah kadung tersakiti, kami sudah menyiapkan kepada pimpinan BAN – PDM tetapi tidak ada respon,” pungkasnya.
Ancaman boikot ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Jika benar-benar terjadi, maka jadwal visitasi sekolah di Jawa Timur akan terganggu dan berdampak pada ribuan sekolah.
Hingga saat ini, pimpinan BAN-PDM Provinsi Jawa Timur, Dr. Nor Samsu, belum memberikan tanggapan resmi terkait masalah ini.












