Stabilnya Produksi ‘Tahu Cinta’ Di tengah Pandemi Corona

by -1072 Views
Aktivitas di perusahaan 'Tahu Cahaya Asa' milik Nur Hawin, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun
iklan aston

Madiun, seblang.com – Meskipun di tengah situasi yang serba sulit, ‘Tahu Cinta’ milik Nur Hawin (40) di Kelurahan Banjarejo Kota Madiun tetap terjaga stabilitas produksinya.

Meskipun harga kedelai sedang tinggi, Perusahaan tersebut mampu berproduksi antara 5-6 kwintal per hari. Kenaikkan harga bahan baku, memaksa Nur Hawin menaikkan harga jual. Dari Rp 40 ribu menjadi Rp 42 ribu per lembar tahu.

iklan aston
debat capres

“Susah mas sejak harga kedelai naik, lha wong dulu itu cuma Rp 6 ribuan per kg, lha sekarang kok sudah Rp 9 ribu, apa gak 50% ini naiknya?,” ujarnya kepada jurnalis, Jumat (9/1/21).

Nur menambahkan bahwa perusahaan ‘Tahu Cinta’ miliknya itu dikerjakan karyawan 13 orang, sehingga bila mengurangi kuantitas produksi, bukanlah sebuah solusi.

“Kalau kami mengurangi produksi, itu bukan jalan keluar, lagian untuk mendapatkan tenaga kerja baru tak semudah yang yang dibayangkan, masih harus penyesuaian lagi,” Imbuhnya.

Faktor utama stabilitas kapasitas produksi tahu ‘cahaya asa’ yang saat ini lebih familiar dikenal ‘Tahu Cinta’ tak lain adalah kualitas hasil produksi dan kepercayaan konsumen serta target market pasar yang tepat. Meski Nur Hawin belum genap 10 tahun mendirikan perusahaan tahunya, berkat istri dan mertua yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia per-tahu-an, menjadikan perusahaannya survive ditengah situasi sulit pandemi ini.

Hal sebaliknya dialami Roni, perusahaan Tahu Jati Wangi di Kelurahan Demangan kota Madiun. Sebelum pandemi covid-19, kapasitas produksi mampu mencapai lebih dari 1 ton. Namun saat ini anjlok drastis hampir 50 persen akibat dampak pasar yang serba sulit.

“Yang terbaru saat ini mas, akibat ditutupnya sementara Pasar Besar Madiun, tahu kami tidak bisa terjual. Apalagi ada isu salah satu pasar di Ngawi juga akan dilakukan penutupan sementara, gak tau lagi ini mas,” ujarnya kepada jurnalis, Sabtu, (9/1/21).

Sebanyak 21 karyawan tetap dipertahankan Roni. Diakuinya saat ini bisa dikatakan kerja bakti, pemilik perusahaan tidak merasakan keuntungan, yang terpenting kesejahteraan karyawan yang menurutnya benar-benar harus pertahankan.

“Kalau pengurangan karyawan itu bisa saja, tapi nurani kita dimana to mas, dulu pas jaya ikut membangun dan membesarkan, giliran kolaps masak harus ditendang?,” tambahnya.

Terlepas dari perusahaan tahu yang survive maupun kolaps, para pengusaha berharap turunnya kembali harga kedelai impor sebagai bahan baku utama. Sebab, jika kondisi masih seperti ini atau bahakan lebih parah, dipastikan tumbangnya pabrik tahu di kota madiun satu persatu.

Wartawan : Anwar Wahyudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.