Beredar Surat Edaran Nonton Film “Buku Harianku” untuk Siswa SD, Kadisdikbud Kota Malang: Sifatnya Tidak Memaksa

by -163 Views
Siswa-siswa saat menunggu masuk gedung bioskop untuk menonton film "Buku Harianku"
iklan aston

Malang. seblang.com – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang membenarkan adanya surat edaran imbauan yang tidak memaksa agar siswa Sekolah Dasar kelas 1 sampai kelas 6 untuk menonton bioskop ke Movic di Jalan Sukarno – Hatta dengan membayar tiket Rp 25 ribu per siswa.

Menurut Kadisdikbud Kota Malang Suwarjana, SE, MM membenarkan jika surat edaran di bioskop adalah rekomendasi dari Disdikbud kota Malang ke penyelenggara.

iklan aston

“Iya mas dikbud buat rekomnya ke penyelenggara dan di situ ada klausul sifatnya tidak memaksa, monggo sampeyan perhatikan,” jawab Suwarjana saat dihubung lewat pesan singkat WA, Kamis (12/09/2024).

Surat Edaran untuk menonton film “Buku Harianku”

Disinggung terkait pelaksanaan sosialisasi dengan menonton ke bioskop Movic Suhat membayar Rp 25 ribu per tiket, Suwarjana menjelaskan bahwa Surat  Edaran tersebut sifatnya tidak memaksa peserta didik.

“Kami memberi kebebasan yang sifatnya tidak memaksa untuk menonton,” singkat Suwarjana.

Sementara itu, Ketua Pengaduan Pelayanan Publik Sudarno mengatakan, dalam kontek Kurikulum Merdeka media inovasi dan media edukasi terus dikembangkan dan didorong untuk mengembangkan kreativitas siswa muncul.

“Tetapi ketika kondisi kondisi itu membebani orang tua yang tidak memiliki ruang untuk menolak dengan adanya imbauan menonton film “Buku Harianku” ini yang nanti timbul persoalan,” beber Sudarno.

Di mana letak persoalannya? Sudarno melanjutkan, saat para wali murid menolak akan berakibat pada siswa tersebut dikucilkan di sekolah karena menolak nonton film tersebut.

“Nantinya ketakutannya siswa yang tidak ikut menonton akan diancam dikucilkan dan tidak mendapatkan perhatian dari para pengajar atau guru yang ada di sekolah tersebut,” jelas Sudarno.

Seharusnya Kadisdikbud Kota Malang dalam merancang kurikulum merdeka ini juga melihat aspek ekonomi para wali murid, “Jangan sampai membebani keluarga dari siswa tersebut, jangan sampai ini menjadi tekanan, aspek itu yang sangat penting,” terangnya.

Darno menambahkan sebenarnya banyak media edukasi untuk pembelajaran karakter siswa tanpa mengeluarkan pembiayaan, tergantung bagaimana kreativitas dan inovasi para pendidik membuat media pembelajaran gratis dan bisa diakses oleh para siswa.

“Jadi semuanya tergantung bagaimana kreativitas dan inovasi para guru dalam membuat media pembelajaran yang gratis dan dapat diakses bagi siswanya, ada media sosial, YouTube, itu kalau para guru didik tidak mampu untuk menciptakan itu,” bebernya.

Darno berharap ke depan media pembelajaran dibuat oleh guru guru yang ada di lembaga pendidikan tersebut.

“Jadi guru-guru memiliki wawasan yang kuat untuk menciptakan media pembelajaran, di sisi lain siswa tidak terbebani dengan pembiayaan dari keberadaan imbauan nonton film ini,” imbuh Darno.

Salah satu orang tua wali murid Yon  (46) warga Lowokwaru yang menunjukkan surat edaran dari salah satu SD Negeri kota Malang kepada awak media mengungkapkan keberatan meskipun surat tersebut sifatnya adalah imbauan karena yang menginstruksikan Kadisdikbud kota Malang mau tidak mau ya membayar supaya anaknya  bisa mengikuti sosialisasi penguatan pendidikan karakter dengan menonton bioskop yang telah ditentukan.

“Ya mau bagaimana lagi mas, dengan kondisi serba kekurangan seperti ini terpaksa harus pangkas uang belanja supaya anak bisa menonton film sosialisasi sesuai surat edaran dinas pendidikan,” tuturnya

Dirinya mengatakan tidak semua kondisi ekonomi setiap orang tua wali murid itu sama, yang ekonominya mapan mungkin tidak akan keberatan, mungkin yang usul seperti ini adalah orang-orang yang mapan secara ekonomi dan berkecukupan

“Saya sendiri yang kerja serabutan tentu berat harus ada yang dikorbankan buat bayar, buat makan saja susah mas, kerja kadang dapat uang, kadang tidak sama sekali, mau protes pasti di bully sama orang kaya lainnya, khawatir anak dikucilkan, dibilangin  buat biaya pendidikan anak sendiri saja banyak protes, mending anakmu kamu ajari dan didik sendiri, mereka tidak tahu gimana nyeseknya, belum lagi harus bayar LKS 150rb dan Iuran paguyuban ini juga belum bisa bayar, sekarang musti bayar lagi tiket bioskop,” keluhnya.

Dalam Surat Edaran dari sekolah kepada orang tua wali murid yang berbunyi bahwa menindaklanjuti surat dari dinas pendidikan dan kebudayaan kota Malang nomor 400.3/3934/35.73.401/2024 perhal himbauan kepada peserta didik dan guru untuk dapat mengikuti sosialisasi penguatan pendidikan karakter (PPK) dengan menonton film yang berjudul “BUKU HARIANKU,” di Bioskop Movic Suhat dengan ketentuan membayar 25.000,- per tiket.//////

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.