Kuliner di Banyuwangi Kurang Lengkap Sebelum Menyantap Gado-gado DLLAJR

by -911 Views
Gado-gado DLLAJR di depan kantor PC NU kabupaten Banyuwangi
iklan aston

Banyuwangi,seblang.com – Banyuwang dikenal sebagai serpihan tanah sorga diujung timur pulau Jawa bagi wisatawan. Bagi mereka yang ingin menikmati keindahan lingkungan alam dan memanjakan selera makan dengan aneka macam makanan dan minuman khas masyarakat Oesing bias menikati mulai Rujak Soto, Nasi Tempong, Ayam Kesrut, Pecel Pitik, aneka macam minuman dan Kopi, jajanan tradisional antara lain; kucur, sumping, jenang bedhil dan lain sebagainya.

Salah satu makanan yang tidak boleh dilupakan wisatawan maupun masyarakat kabupaten/kota lain yang datang dan berkunjung ke kota Gandrung adalah Gado-gado Pak Haji Mat Rais. Atau yang lebih dikenal para pelanggan dan masyarakat Gado-gado Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) yang membuka lapak di jalan A. Yani tepatnya di depan Kantor PC Nahdatul Ulama (NU) kabupaten Banyuwangi sejak beberapa tahun lalu.

iklan aston

Menurut H.Mat Rais, pria kelahiran Lamongan tahun 1948, perintis warung Gado-gado DLLAJR, ia mengawali kisah suksesnya mulai berjualan Gado Gado sejak tahun 1967. Selama jualan di Banyuwangi di sudah pindah beberapa kali.

Pertama jualan gado gado di Kali Stail Genteng selama dua tahun menggunakan pikulan. Lalu sempat jualan di Jajag, Rogojampi bahkan sempat ke Pulau Bali sebelum menetap di kota Banyuwangi.

”Kunci utama suksesanya adalah melaksanakan petuah guru spiritualnya untuk “Kerjo mempeng tirakat banter” atau kerja keras dan berdoa yang sungguh-sungguh. Di samping itu tentunya harus sabar ulet dan tidak gampang menyerah serta menjaga mutu dan kualitas gado-gado yang dijual bagi pelanggan,” tegas H Mat Rais.

Matrais kembali ke Banyuwangi dan berjualan keliling dari kantor ke kantor pemerintahan mulai dari Pengadilan Negeri, Perhutani, Kejaksaan hingga kemudian berhenti di depan rumah Bupati Joko Supaat Selamet di barat kantor Kejaksaan Negeri Banyuwangi. Pak Rais menceritakan pada masa  itu, Pak Paat, panggilan akrab bupati Banyuwangi masa itu selalu nyicipi gado gado yang dijajakan terutama sambalnya walaupun hanya seujung jari.

Selanjutnya pada era  bupati Banyuwangi Purnomo Sidik dan Alm. Samsul Hadi, Gado-gado DLLAJR Pak Rais tidak jarang menjadi salahsatu sajian menu makanan bagi para tamu undangan maupun tamu pejabat pemkab Banyuwangi.

Setelah pindah dari kawasan kantor DLLAJR Banyuwangi, dia kemudian memindahkan gerobak gado-gadonya  di sebelan utara timur depan kantor Pemda Banyuwangi. Pada masa itu menjadi tempat menunggu angkot masyarakat dan berada bawah pohon besar yang rindang.

Tepatnya sekitar 3 bulan setelah Abdullah Azwar Anas menjabat Bupati Banyuwangi, sekitar akhir tahun 2010 atau awal 2011, tempat berjualan Pak Rais sempat kebanjiran hingga setinggi lutut orang dewasa. Lalu dia ditawari berjualan dilahan kosong yang ditempatinya hingga sekarang. Tepatnya di depan kantor NU Banyuwangi atau di Utara kantor Pemkab Banyuwangi. Dan nama DLLAJR tetap digunakan sebagai pengingat hingga saat ini.

Pak Matrais menambahkan gado gadonya yang enak, resepnya merupakan warisan turun temurun dari keluarga ayahnya yang sudah berjualan gado gado di Jember sejak jaman Belanda. Bahkan keluarga besarnya sebagian juga berprofesi sebagai penjual gado gado.

Mat Rais juga bercerita saat ini putri dan menantunya yang menunggu lapak dan setia melayani pelanggan dan masyarakat yang ingin menikmati gado-gado. Dia yang menyiapkan bumbu, memasak dan mengolah bahan untuk gado-gado antara lain; telur, cambah dan kubis serta tahu dan kacang untuk sambal kuah.

Dalam sehari rata-rata menghabiskan sekitar 5 kilogram beras untuk bahan lontong. Sekarang lontongnya lebih kecil dibandingkan dengan jaman dahulu sempat dibuatnya hampir sebesar betis orang dewasa.

Dengan berprofesi sebagai penjual gado-gado, H. Mat Rais mampu membiayai biaya  pendidikan anak-anaknya, bahkan ada yang menjadi dosen dan saat ini ada menempuh pendidikan di pondok pesantrean (Ponpes) binaan LDII di luar kota. Selain juga bisa membeli tanah dan membangun rumah bahkan mampu melaksanakan ibadah haji dan umroh di tanah suci.

Sehingga bagi pecinta kuliner yang datang dan berkunjung ke kota serpihan tanah surga di ujung timur Pulau Jawa, menikmati kuliner Banyuwangi kurang lengkap sebelum menyantap gado-gado DLLAJR Banyuwangi. Rasanya khas dengan rasa manis dominan gurih. Bumbunya kuahnya juga kental  dan tidak encer yang mampu memanjakan lidaj selera bagi pelanggan dan pembeli serta penikmat kuliner khas Banyuwangi.

Gado-gado DLLAJR setiap hari buka mulai sekitar pukul 10.00 pagi hingga habis sore hari. Saat ini harganya Rp. 15 ribu per porsi. Selain bisa dimakan di tempat, pembeli dan pelanggan juga menikmati gado gado bungkus di rumah, kantor atau hotel tempat penginapan saat berkunjung dan berwisata di Banyuwangi.

Wartawan : Nurhadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.