Jurnalis di Banyuwangi Gelar Diskusi Melek Mitigasi Bencana

by -723 Views
Wartawan: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Bencana alam yang datang bertubi-tubi melanda tanah air termasuk di Kabupaten Banyuwangi, membuat puluhan insan pers di Bumi Blambangan berupaya untuk lebih melek mitigasi bencana.

Hal tersebut diwujudkan dengan diadakannya diskusi bertemakan “Jurnalis Melek Mitigasi Di Balik Eksotisme Banyuwangi” di ruangan khusus DPRD Kabupaten Banyuwangi, Kamis (22/12/2022).

iklan aston

Diskusi yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan wartawan dalam mitigasi bencana ini menghadirkan narasumber General Manager Geopark Ijen Abdillah Baraas dan Pelaksana Tugas BPBD Banyuwangi, Mujito.

Selain itu juga hadir anggota Komisi VI DPR RI Sonny T Danaparamita, perwakilan Kodim 0825 Banyuwangi, Lanal dan Polresta Banyuwangi, serta pelaku wisata, relawan bencana.

General Manager Geopark Ijen Abdillah Baraas menyebutkan bahwasanya keindahan alam yang ada di dunia termasuk potensi wisata alam yang ada di Kabupaten Banyuwangi tak lepas dari adanya fenomena alam yang sering disebut bencana.

“Contohnya Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya atau bluefire nya itu tercipta karena adanya letusan yang dahsyat pada ratusan tahun silam,” ujarnya.

Namun, kata Barass, sebagai manusia harus lebih bijak dalam menghadapi adanya fenomena – fenomena alam tersebut.

Barass menambahkan, Indonesia adalah negeri yang rawan bencana geologis Gempa Bumi, banjir, tanah longsor, erupsi gunung api, dan tsunami.

“Begitu juga di Banyuwangi. Tetapi bagaimana caranya kita mengurangi risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana, ” ujarnya.

Seperti halnya tsunami pada tahun 1994 silam di Pancer, Banyuwangi. Ratusan korban jiwa melayang karena diduga kurangnya pengetahuan bencana tsunami.

Untuk itu, perlu adanya sosialiasi lebih untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar fenomena alam tidak memakan banyak korban jiwa.

“Karena yang harus diselamatkan ini sebenarnya manusianya, dalam tanda kutip harus lebih arif dan bijak hidup berdampingan dengan alam. Kalau alam bisa mencari jalannya sendiri,” selorohnya.

Barass mencontohkan kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue. Mereka mampu membaca fenomena alam pantai yang dapat menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana tsunami Aceh yang dahsyat pada tahun 2006 silam.

“Masyarakat di sana meneriakkan Semong saat ada tanda-tanda tsunami. Teriakan semong ini merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi dimana air laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit,” jelasnya.

Semong Ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari leluhur belajar dari kejadian bencana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu.

Semong bagi masyarakat pulau Simeulue disosialisasikan turun temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh masyarakat sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati masyarakat pulau itu.

“Dengan pengetahuan ini yang dimiliki orang Simeulue banyak masyarakat pesisir pantai lainnya di Aceh terselamatkan saat tsunami terjadi. Padahal secara geografis letaknya sangat dekat dengan pusat gempa. Mereka memaksa orang untuk lari ke gunung,” ujarnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas BPBD Banyuwangi, Mujito menegaskan bahwasanya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki mitigasi bencana.

“Hal itu dapat dilihat sudah banyak terpasangnya rambu-rambu proses evakuasi jika terjadinya bencana di daerah rawan sekaligus penanggulangannya,” ujarnya.////

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.