Banyuwangi, seblang.com – Masyarakat Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi bersuka cita menggelar tradisi kebo-keboan, Selasa (10/5/2022) sore.
Tradisi kebo-keboan yang sudah turun-temurun ini digelar sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan sebagai tolak bala bagi warga setempat.
Ansori warga setempat menjelaskan, tradisi Kebo-keboan itu rutin digelar setiap hari ke sembilan Syawal tiap tahunnya.
“Kebo-keboan ini semacam pembuka acara kirab Puter Kayun yang dilaksanakan pada 10 Syawal tiap tahunnya,” ujar Ansori.
Ritual Kebo-keboan khas Boyolangu sendiri diawali dengan nyekar dan selamatan ke makam Ki Buyut Jakso, leluhur warga setempat.
Warga berkostum kerbau dengan menarik alat bajak sawah diarak keliling kampung sembari menabuh gamelan khas osing. Arak-arakan tersebut dimulai dari kantor Kelurahan setempat.
Selain kebo-keboan juga ada Barong Boyolangu yang turut mengiringi. Arak- arakan tersebut juga diikuti ratusan warga dibelakangnya
Masyarakat yang sudah menunggu ditepi jalan menyiramkan air ke seluruh peserta arak-arakan di sepanjang jalan desa, terutama yang membawa kepala kerbau.
Konon tradisi Kebo-keboan dilakukan juga untuk menghargai perjuangan Buyut Jakso atau yang dikenal atau Joyo Martono yang sakti mandraguna. Atas perjuangannya lahirlah jalan Pantura di kawasan Watu Dodol yang menghubungkan Banyuwangi dengan Kabupaten Situbondo.
Sehingga, usai tradisi kebo-keboan, keesokan harinya juga dilaksanakan tradisi Puter Kayun oleh Masyarakat Boyolangu saat memasuki hari ke sepuluh, Bulan Syawal.
Puter kayun adalah ritual menepati janji warga Boyolangu kepada para leluhur yang telah berjasa membuka jalan di kawasan utara Banyuwangi. Mereka melakukan napak tilas dengan menaiki delman hias dari Boyolangu menuju Watu Dodol sekaligus menggelar selamatan.//