Korban Tanah Longsor di Pakel Bangun Rumah Hasil Jual Sapi dan Bantuan Donatur, Pemerintah Seolah Tutup Mata

by -363 Views
Bunai dan istrinya korban tanah longsor yang tidak dihiraukan pemerintah (foto : Teguh Prayitn0/seblang.com)
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Bunai (52) korban bencana alam tanah longsor di Dusun Sadang, Desa Pakel, Kecamatan Licin, Banyuwangi harus rela jual sapi dan harta benda yang dimilikinya untuk membangun sebuah rumah sederhana di Dusun Pelantaran, Desa Bayu, Kecamatan Songgon.

Hal tersebut dia lakukan agar keluarga besarnya dapat hidup layak dan tidak larut dalam kesedihan setelah rumahnya hancur dan cucu kesayangannya, Muhammad Ardian (11) meninggal akibat tertimbun material tanah longsor, pada hari Kamis (17/6/2021) lalu.

iklan aston

Namun di balik ketegarannya itu, tersimpan kekecewaan Bunai kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang seolah tutup mata akan penderitaannya. Bagaimana tidak, pria paruh baya itu mengungkapkan bahwa dia tak dapat bantuan material bangunan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk membangun rumahnya kembali.

“Saya bangun rumah sederhana dan beli tanahnya ini setelah menjual sapi dan harta benda lainnya. Selain itu juga dapat bantuan uang dari Partai-partai, NU, Muhammadiyah, kerabat dekat dan donatur lainnya sehingga terbangunlah rumah ini,” kata Bunai kepada seblang.com Rabu (29/9/2021) kemarin.

“Kalau dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tidak dapat. Ada bantuan, tapi hanya sembako bukan material bangunan,” imbuh Bunai.

Pria paruh baya itupun mengaku jika dia ditawari Pemerintah Desa Pakel untuk tinggal di rumah aset Desa. Namun ia menolaknya, lantaran rumah tersebut berada di bawah jalan dan rusak karena tak terawat. “Saya gak mau, karena rumahnya berada di bawah jalan. Takut longsor lagi, karena saya masih trauma kejadian waktu itu,” jelasnya.

Bunai yang telah lama tinggal di Desa Pakel itu juga mengaku pindah domisili ke Dusun Pelantaran, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, tempatnya mengungsi di rumah saudaranya, karena didesak oknum perangkat Desa Pakel dengan alasan bantuan  pembangunan rumah dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan segera turun.

“Saya disuruh cepat pindah domisili di Desa Bayu. Alasannya mau disurvey oleh Pemerintah. Tetapi setelah pindah tidak ada yang menyurvei dan bantuan tak kunjung datang,”keluhnya.

Kini, pria paruh baya itupun hanya bisa berharap kepada pemerintah untuk membantu keluarga besarnya. Karena rumah yang ditinggalinya saat ini berukuran kecil yang harus ditinggali oleh orang tuanya, dirinya dan istrinya beserta anak dan menantunya.

Dikonfirmasi Kepala Desa Pakel, Mulyadi, terkait kepindahan domisili Bunai yang mengaku dipaksa oleh oknum bawahannya, Dia membantahnya. Menurutnya kepindahan Bunai karena kemauannya sendiri.

“Tidak ada yang maksa, itu kemauannya sendiri pindah ke Desa Bayu, Kecamatan Songgon,” kata Mulyadi di Kantor Kecamatan Licin beberapa waktu lalu.

Untuk bantuan material bangunan, kata Mulyadi, proposalnya sudah diajukan. Namun diduga terkendala administrasi yakni perbedaan domisili tersebut, sehingga bantuan belum terealisasi.

Hartono, Camat Licin menginstruksikan bawahannya tersebut untuk berkoordinasi ke Desa Bayu dan instansi terkait supaya bantuan bahan bangunan dari Pemerintah dapat terealisasi.

“Coba koordinasikan ke Desa Bayu, Songgon dan instansi terkait,” perintah Hartono ke Kepala Desa Pakel.

Diketahui, Bunai dan keluarganya tertimpa musibah bencana alam tanah longsor di Dusun Sadang, Desa Pakel, Kecamatan Licin, Banyuwangi pada Kamis (17/6/2021) dini hari.

Akibatnya tiga rumah keluarga besar Bunai hancur dan cucu kesayangannya yang sedang terlelap tidur meninggal ditempat tertimbun material tanah longsor. Sedangkan anggota keluarga lainya berhasil menyelamatkan diri meski mengalami luka ringan.

Pasca kejadian pun, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas didampingi jajarannya sempat mengunjungi Keluarga Bunai untuk menyampaikan belas sungkawanya.

Orang nomor satu di Kabupaten paling ujung timur di pulau Jawa ini juga menginstruksikan jajarannya untuk membantu keperluan Bunai yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani / kebun tersebut.

Penulis : Teguh Prayitno

Editor : Herry W. Sulaksono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.