Sementara itu, Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menyampaikan bahwa keberhasilan ekspor kopi arabika lereng Argopuro yang tumbuh di ketinggian 1.800 mdpl merupakan momentum penting bagi daerah.
“Kopi Argopuro menjadi contoh bagaimana UMKM sektor perkebunan mampu menjadi lokomotif ekonomi daerah. Saya mendorong generasi muda untuk terlibat, karena masa depan ekonomi lokal ada di tangan mereka,” tegasnya.
Menurutnya, dukungan BRI dalam pembiayaan dan pendampingan membuka jalan bagi petani untuk berdaya saing global sekaligus memperkuat ekonomi berbasis komunitas.
Deputi Kemenkop UKM, Bagus Rachman, menambahkan bahwa konsep holding klaster UMKM ini merupakan strategi jangka panjang pemerintah dalam memperkuat struktur ekonomi rakyat.
“Kolaborasi antara koperasi, perbankan, dan pelaku usaha seperti di Situbondo adalah model ideal yang akan kami dorong di daerah lain,” jelasnya.
Ke depan, BRI berkomitmen untuk memperluas dukungan pendanaan bagi klaster-klaster lain di Situbondo, tidak hanya sektor kopi, namun juga sektor potensial lain seperti kakao, kelapa, dan rempah.
Langkah ini sejalan dengan visi BRI menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia dengan misi Empowering Small and Medium Enterprises.
Melalui kolaborasi berkelanjutan antara BRI, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan lebih banyak UMKM yang mampu naik kelas, memperluas pasar, serta memperkuat ekonomi daerah berbasis produktivitas dan keberlanjutan.