Lebih lanjut, Reza mengatakan bahwa pengeringan jaringan irigasi juga berfungsi meningkatkan kapasitas sungai dan saluran air agar lebih mampu menampung dan mengalirkan air hujan, sehingga risiko banjir dan genangan air dapat ditekan seminimal mungkin.
Selain manfaat teknis, kegiatan kerja bakti ini juga menjadi sarana kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, terutama petani dan HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan sistem pengairan di Banyuwangi.
“Kami sangat mengapresiasi semangat gotong royong masyarakat dalam kegiatan ini. Upaya pengeringan tidak akan berhasil maksimal tanpa partisipasi aktif para petani yang setiap hari bersinggungan langsung dengan sistem irigasi,” tambahnya.
BMKG sendiri sebelumnya telah mengeluarkan peringatan bahwa musim hujan 2025/2026 diperkirakan datang lebih awal pada bulan Oktober. Dengan kondisi tersebut, Dinas PU Pengairan Banyuwangi menegaskan pentingnya kesiapsiagaan seluruh elemen masyarakat, khususnya di wilayah pertanian dan daerah rawan banjir.
“Upaya ini bagian dari mitigasi dini. Kami ingin memastikan semua saluran irigasi, bendung, dan pintu air dalam kondisi siap menghadapi curah hujan yang meningkat. Dengan begitu, produksi pertanian bisa tetap stabil dan risiko bencana dapat diminimalkan,” pungkas Reza.