Ketua Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Kesehatan (PKFI) Banyuwangi, dr. H. Taufiq Hidayat, Sp.And., turut hadir dan memberikan pesan penting bagi pengelola klinik. Ia menekankan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar serta dukungan terhadap program kesehatan pemerintah, seperti penanganan stunting dan pemberantasan TBC.
“Walaupun dikelola swasta, klinik juga memiliki tanggung jawab mendukung kesehatan masyarakat Banyuwangi,” tegasnya.
Taufiq juga mendorong Klinik AIMED agar dapat menjadi rujukan bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Banyuwangi. “Klinik ini harus menunjukkan keunggulan, termasuk kemampuan melayani pasien asing dengan komunikasi bahasa Inggris yang baik. Dengan begitu, AIMED bisa menjadi klinik yang berbeda dan membanggakan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Banyuwangi, Faiz Fadholi, mengapresiasi inovasi yang dihadirkan Klinik AIMED, terutama penerapan electronic medical record (EMR) yang meminimalisasi penggunaan kertas dalam administrasi layanan. Ia menyebut sistem tersebut sebagai langkah maju yang patut dicontoh fasilitas kesehatan lainnya. “Proses pelayanan mulai dari pendaftaran hingga pengambilan obat sudah menggunakan sistem digital. Ini terobosan yang sangat baik,” ungkapnya.
Faiz juga menekankan agar Klinik AIMED berkoordinasi dengan Puskesmas Kertosari dalam menghadapi tantangan kesehatan yang kompleks, termasuk penanganan kasus HIV/AIDS yang masih tinggi di Banyuwangi. “Kami berharap AIMED tidak hanya berfokus pada pelayanan kuratif, tetapi juga preventif mendukung program pencegahan yang dicanangkan pemerintah,” jelasnya.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, asosiasi klinik, dan masyarakat, keberadaan Klinik AIMED Banyuwangi diharapkan mampu memperluas akses layanan kesehatan yang berkualitas. Kehadiran klinik ini juga menambah jumlah fasilitas kesehatan di Banyuwangi yang kini telah mencapai lebih dari 70 klinik, 13 rumah sakit, 45 puskesmas, serta ratusan praktik mandiri tenaga medis.