Banyuwangi, seblang.com – Etape kedua Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) 2025 yang digelar Selasa (29/7/2025) menjadi ujian ketangguhan bagi para pembalap. Rute sepanjang 158,8 kilometer dengan start dari Taman Nasional Alas Purwo dan finish di Kantor Bupati Banyuwangi menyuguhkan medan menantang, termasuk lintasan paving menanjak.
Rute ini melewati kawasan konservasi yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO dan kini menjadi bagian dari Unesco Global Geopark. Alas Purwo dikenal sebagai destinasi wisata berwawasan lingkungan dengan kekayaan geologi, budaya, serta keanekaragaman hayati.
Kawasan ini menjadi rumah bagi sedikitnya 700 jenis tumbuhan, banteng, macan tutul, monyet ekor panjang, kijang, babi hutan, serta sekitar 250 spesies burung dan reptil. Selain itu, tersedia berbagai destinasi wisata mulai dari savana, pantai, gua kuno, hingga hutan mangrove.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan, para pembalap akan melintasi situs-situs geopark Ijen yang kini masuk dalam jaringan geopark dunia.
“Tour de Ijen kami desain memadukan antara olahraga, alam, dan budaya. Di kawasan cagar biosfer ini, pembalap akan menyusuri hutan Alas Purwo yang masih asri,” kata Ipuk.
Salah satu tantangan utama etape ini adalah lintasan paving stone menanjak yang berada di kawasan Jelun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar 1 kilometer dan berada di luar rute kompetitif, kali ini paving sepanjang hampir 4 kilometer terletak di kilometer 122, antara Macan Putih dan Jelun.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya hanya sekitar 1 kilometer di Alas Purwo dan belum masuk ke rute kompetitif, kali ini rute paving stone berada di tengah-tengah balapan dan dengan kondisi menanjak. Ini jelas jadi tantangan serius bagi para pembalap,” ujar Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyuwangi, M. Alfin Kurniawan.
Medan tersebut menuntut kekuatan fisik ekstra serta ketepatan strategi, termasuk dalam pemilihan ban, gir, dan penguasaan sepeda di permukaan tidak rata. Tantangan ini menjadi elemen pembeda dalam perayaan satu dekade TdBI yang masuk dalam kalender resmi Union Cycliste Internationale (UCI).
“Jalur paving tersebut akan memberikan warna tersendiri karena ditempatkan di saat stamina pembalap sedang diuji. Tantangannya bukan hanya teknis, tapi juga strategi tim,” tambah Alfin.
Selain itu, tiga titik sprint dipastikan menambah intensitas persaingan, yaitu di Glagah Agung (KM 34,5), Maron Genteng (KM 78,8), dan Rogojampi (KM 113,4). Dengan kombinasi rute hutan, jalan datar, tanjakan, serta lintasan paving yang menantang, etape kedua ini akan menguji kekuatan sekaligus taktik terbaik dari setiap tim. (\*)