“Saya mulai sejak album Ethiopia (Iwan Fals) tahun 1984, di situ ada lagu Lonteku dan Kontras Mubisu karya saya. Nama Anto Baret juga muncul dari situ,” kenangnya.
Baginya, konser ini bukan sekadar nostalgia. “Ini soal membangun kesadaran bersama, lintas generasi, lintas komunitas. Sketsa jalanan adalah ruang untuk mengumpulkan kesadaran itu, supaya tetap hidup dalam karya,” jelasnya.
Jose Marjinal kembali menyatakan mendapat inspirasi oleh Anto Baret yang di usianya sekarang masih aktif berkarya.
“Bersama guru jalanan ini, saya merasa sangat beruntung. Bisa satu panggung dengan beliau, Mike Marjinal, Mogi Marjinal, Mas Hendrik, dan Mas Toto Tewel adalah pengalaman berharga. Ini kesempatan besar untuk saya memperluas perjalanan musik setelah sebelumnya berkutat di reggae,” katanya.
Konser ini bukan hanya hiburan, melainkan perayaan kesadaran kolektif bahwa musik jalanan masih menjadi media untuk menyatukan perasaan, kegelisahan, dan harapan banyak orang.