Malang, seblang.com – Konser “Sambang Sambung Sketsa Jalanan” bukan hanya sekadar panggung musik, bagi Anto Baret dan kelompok punk rock Marjinal, pertemuan ini adalah momentum menyatukan lintas generasi dan semangat komunitas jalanan.
Hal itu terungkap dalam konferensi pers yang digelar di Kopi Tot Tot Heritage, Kayutangan, Kota Malang, Jumat (25/7/2025).
Konser akan berlangsung di Gedung Gajayana, Sabtu (26/7/2025) mulai pukul 17.00 WIB, kolaborasi balada khas Anto Baret dengan punk rock Marjinal menjadi daya tarik tersendiri, mengingat keduanya datang dari latar musikal yang berbeda.
“Tantangannya memang berat. Bagaimana kami bisa mensinkronkan perasaan om Anto yang penuh ketulusan dengan energi punk rock yang keras. Tapi di situlah seninya, dan akhirnya kami berhasil memadukan dua dunia itu,” ungkap Mike Marjinal.
Jose Marjinal menambahkan, Malang menjadi barometer penting musik jalanan karena keragaman komunitasnya.
“Kota ini bisa jadi contoh untuk daerah lain. Komunitas-komunitas di sini selalu hidup, memberi semangat baru bagi anak muda,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Anto Baret mengenang perjalanan panjangnya di dunia musik sejak era 1980-an.
“Saya mulai sejak album Ethiopia (Iwan Fals) tahun 1984, di situ ada lagu Lonteku dan Kontras Mubisu karya saya. Nama Anto Baret juga muncul dari situ,” kenangnya.
Baginya, konser ini bukan sekadar nostalgia. “Ini soal membangun kesadaran bersama, lintas generasi, lintas komunitas. Sketsa jalanan adalah ruang untuk mengumpulkan kesadaran itu, supaya tetap hidup dalam karya,” jelasnya.
Jose Marjinal kembali menyatakan mendapat inspirasi oleh Anto Baret yang di usianya sekarang masih aktif berkarya.
“Bersama guru jalanan ini, saya merasa sangat beruntung. Bisa satu panggung dengan beliau, Mike Marjinal, Mogi Marjinal, Mas Hendrik, dan Mas Toto Tewel adalah pengalaman berharga. Ini kesempatan besar untuk saya memperluas perjalanan musik setelah sebelumnya berkutat di reggae,” katanya.
Konser ini bukan hanya hiburan, melainkan perayaan kesadaran kolektif bahwa musik jalanan masih menjadi media untuk menyatukan perasaan, kegelisahan, dan harapan banyak orang.