Blitar, seblang.com – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Adi Andaka, angkat bicara terkait beredarnya video kekerasan antarsiswa yang viral di media sosial yang diduga melibatkan murid SMPN 3 Doko. Saat ditemui awak media di Pendopo Ronggo Hadi Negoro pada Senin (21/07/2025), Adi Andaka membenarkan bahwa peristiwa tersebut memang terjadi di lingkungan sekolah pada tanggal 4 Juli 2025, usai kegiatan kerja bakti siswa baru dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Menurutnya, baik pelaku maupun korban merupakan siswa kelas VII dan berasal dari dusun yang sama. Kejadian diketahui setelah Wakil Kepala Sekolah melaporkannya kepada Kepala Sekolah, dan pada malam harinya langsung dilakukan pemanggilan terhadap orang tua dan pihak-pihak terkait untuk klarifikasi.
“Setelah kejadian, pihak sekolah langsung mengambil langkah cepat. Semua dipanggil ke sekolah, dilakukan klarifikasi dan mediasi di tingkat lembaga. Saya juga langsung dikomunikasikan oleh kepala sekolah,” ujar Adi.

Dari hasil investigasi awal, diketahui bahwa ada 12 siswa yang menyaksikan kejadian tersebut, dan tiga di antaranya menjadi pelaku utama. Aksi kekerasan ini diduga bermula dari candaan saat kerja bakti yang kemudian berkembang menjadi perundungan fisik.
“Ini murni tindakan spontan anak-anak, bukan kejadian yang direncanakan. Mereka melakukannya di area yang tidak terpantau guru. Kami memang sudah mengingatkan semua guru agar lebih waspada, terutama di masa MPLS yang rawan terjadi gesekan antar siswa baru,” jelasnya.
Untuk menyelesaikan persoalan, pihak sekolah bersama desa, tokoh masyarakat, dan orang tua siswa telah melakukan pertemuan. Hasilnya, disepakati dua hal penting: jaminan keamanan bagi korban selama di sekolah maupun di luar, serta pembinaan terhadap pelaku oleh tokoh masyarakat setempat.
“Anak-anak ini satu desa, jadi pendekatannya juga kekeluargaan. Kami apresiasi peran aktif kepala desa, tokoh masyarakat, dan pihak sekolah dalam menyelesaikan masalah ini secara bijak,” tambahnya.
Adi juga menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan mendalami hasil investigasi dari tim lapangan. Pendampingan psikologis melalui guru Bimbingan Konseling (BK) juga sudah disiapkan.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Sekolah bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab, tapi juga lingkungan, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan karakter anak harus menjadi perhatian bersama,” tegas Adi Andaka.////////