Rembuk Anak Banyuwangi Libatkan Pelajar Yatim, Difabel, dan Homeschooling

by -8 Views
Writer: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono

Banyuwangi, seblang.com – Forum “Rembuk Anak” kembali digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Senin (21/7/2025), sebagai sarana menjaring aspirasi anak-anak dalam penyusunan kebijakan daerah. Acara ini melibatkan 50 pelajar tingkat SMP dan SMA dari berbagai wilayah, termasuk anak yatim piatu, anak berkebutuhan khusus (ABK), dan siswa homeschooling.

Digelar di pelinggihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, forum ini membahas enam isu utama yang erat dengan kehidupan remaja: cyberbullying, kekerasan terhadap anak, perundungan di sekolah, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan dinamika hubungan keluarga.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegaskan pentingnya ruang partisipatif seperti ini bagi anak-anak. Ia menyampaikan apresiasi atas partisipasi pelajar yang tidak hanya memberi masukan, tapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap teman sebaya.

“Terima kasih sudah berpartisipasi membangun Banyuwangi. Kalian tidak hanya memberi saran, tapi juga punya tanggung jawab saling mengingatkan sesama teman sebaya,” ujar Ipuk.

Ipuk menyatakan bahwa seluruh aspirasi yang disampaikan akan menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan ramah anak di Banyuwangi. Ia juga berharap para peserta menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing.

Salah satu peserta, Jeanny Annisa Risqiah, siswi homeschooling PKBM Khodijah Songgon, mengusulkan pembentukan komunitas anti-cyberbullying, aplikasi edukasi media sosial, dan wadah aman bagi para korban.

Korban biasanya ingin identitasnya dilindungi, jadi penting ada komunitas yang mendampingi mereka,” ucap Jeanny. Ia juga mengaku senang mengikuti forum tersebut karena bisa bertukar pikiran dan bersosialisasi dengan banyak teman baru.

Sementara itu, Ilham, siswa SMA Luar Biasa (LB) Banyuwangi, mengusulkan agar ruang publik di Banyuwangi menyediakan informasi dalam huruf braille guna mempermudah akses bagi anak difabel.

“Kalau semua tempat ada informasi pakai braille, kami bisa tahu tentang bangunan-bangunan dan fasilitas di Banyuwangi,” tuturnya.

Dari SMAN 1 Wongsorejo, Kensi Permata Hati mengusulkan agar sosialisasi pencegahan pelecehan seksual dan kekerasan terhadap anak digencarkan di sekolah-sekolah. Ia mengaku terinspirasi setelah mengikuti forum dan berbagi kisah tentang pengalamannya membantu ibunya berjualan rujak.

“Acara ini menyenangkan dan menginspirasi. Saya tergerak karena cerita soal kekerasan anak,” katanya.

iklan warung gazebo