Desi Prakasiwi Lepas Kirab Perahu Gitik, Tandai Pembukaan Puncak Petik Laut Muncar ke-124

by -95 Views
Writer: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono

Banyuwangi, seblang.com – Kirab Perahu Gitik menjadi penanda dimulainya puncak tradisi Petik Laut Muncar 2025 yang digelar Kamis pagi (10/7/2025). Anggota Komisi II DPRD Banyuwangi dari Fraksi PDI Perjuangan, Hj. Desi Prakasiwi, secara resmi melepas kirab dari halaman Koramil Muncar, yang kemudian diarak menuju Pelabuhan Muncar sebagai titik akhir prosesi sebelum pelarungan sesaji ke laut.

“Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, saya berangkatkan dan semoga lancar dan selamat sampai tujuan. Selamat dan sukses untuk Petik Laut Muncar 2025,” ujar Desi saat melepas kirab.

Kirab ini membawa perahu gitik, replika perahu slerek berukuran 4 meter x 90 sentimeter, yang mengangkut sesaji berupa berbagai hasil bumi termasuk kepala kambing kendit berkail emas. Replika tersebut menjadi simbol utama pelarungan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan terhadap hasil laut yang melimpah.

Sejak pagi buta, masyarakat telah memadati halaman Koramil Muncar dan jalur kirab. Para peserta kirab tampil dalam balutan pakaian adat, kostum bertema maritim, serta membawa atribut budaya pesisir. Suasana semakin semarak dengan iringan musik Sound Horeg Sultan, drum band pelajar, dan deretan kendaraan hias.

Kirab yang juga diikuti politisi PDI Perjuangan ini melintasi rute Koramil – Pasar Muncar – Tikungan Brak – hingga berakhir di Pelabuhan Muncar. Sepanjang jalur, Desi pun menyapa warga yang tumpah ruah di pinggir jalan, menyambut kirab dengan antusias.

Setibanya di pelabuhan, Desi yang juga merupakan warga Desa Tembokrejo Muncar ini juga menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba mancing dan miniatur perahu yang menjadi bagian dari rangkaian Petik Laut tahun ini.

“Petik Laut ini adalah warisan budaya yang luar biasa. Sudah diselenggarakan sejak tahun 1901 dan sekarang memasuki tahun ke-124. Ini membuktikan betapa kuatnya tradisi ini melekat di hati masyarakat,” kata Desi.

Ia menambahkan, tradisi tersebut tidak hanya menjadi bagian dari kepercayaan dan spiritualitas masyarakat nelayan, tapi juga mengandung nilai-nilai gotong royong, solidaritas sosial, serta potensi pariwisata budaya.

“Momentum seperti ini juga penting untuk mendidik generasi muda agar mencintai budaya leluhur. Saya berharap kegiatan ini terus dilestarikan dan menjadi ruang ekspresi serta identitas masyarakat pesisir khususnya Masyarakat Muncar,” pungkasnya.//////

iklan warung gazebo