Banyuwangi, seblang.com — Tim SAR gabungan yang dipimpin Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) terus mengintensifkan pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Memasuki hari keenam operasi (H+5), fokus utama diarahkan pada pencarian bawah laut dengan dukungan teknologi canggih dan partisipasi unsur militer, kepolisian, serta relawan.
Dalam konferensi pers yang digelar Senin sore (7/7/2025) di Pelabuhan ASDP Ketapang, Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, memaparkan perkembangan operasi yang melibatkan penyelam profesional, kapal perang, dan helikopter pengintai.
Pencarian bawah laut dipimpin oleh Kolonel Haran, perwira senior berpengalaman dalam operasi kelautan. Sebanyak 10 penyelam dinyatakan layak dan siap bertugas setelah menjalani pemeriksaan kesehatan serta dilindungi oleh asuransi.
Tahapan pencarian dilakukan secara sistematis dalam tiga fase:
- Deteksi Magnetik — untuk menangkap objek logam di dasar laut,
- Pemetaan Sonar Multibeam — guna memetakan kontur dasar laut,
- Konfirmasi Triple Side Scan Sonar — untuk memastikan keberadaan badan kapal dan puing-puing.
Kapal perang KRI Rigel dan KRI Spica menjadi andalan dalam pemindaian sonar, sementara helikopter Heli Rescue 3606 dan Polri 429 memperluas cakupan pencarian udara hingga radius 26 mil laut dari titik tenggelam.
Hingga hari keenam, tercatat 30 orang berhasil diselamatkan, sementara 8 jenazah telah ditemukan dan tengah diidentifikasi oleh Tim DVI Polri. Pihak keluarga telah menerima laporan hasil post-mortem, serta difasilitasi untuk proses pemulangan jenazah.
Di darat, upaya pencarian juga ditingkatkan dengan melibatkan nelayan lokal di bawah koordinasi TNI-Polri wilayah pesisir. Mereka turut membantu melaporkan temuan benda terapung maupun tanda-tanda korban di garis pantai.
Laksda Eko menyebutkan, tim di lapangan menghadapi tantangan berat seperti arus laut yang kuat dan ketidaksesuaian data manifest penumpang, yang mempersulit proses verifikasi jumlah dan identitas korban.
“Sejumlah penumpang yang tidak tercantum dalam manifest menyulitkan kami dalam menghitung total korban secara akurat. Kami terus menyandingkan data dari berbagai sumber, termasuk laporan pelayaran dan rumah sakit,” ujarnya.
Rencana Selanjutnya: Pengangkatan Bangkai Kapal
Jika lokasi bangkai kapal berhasil diidentifikasi secara pasti, pemerintah akan mengajukan upaya pengangkatan sesuai regulasi Organisasi Maritim Internasional (IMO). Proses ini akan mempertimbangkan kondisi kapal, kedalaman laut, serta keselamatan personel.
Operasi SAR juga berpotensi diperpanjang, bergantung pada kondisi cuaca dan perkembangan di lapangan, guna memaksimalkan evakuasi dan identifikasi seluruh korban.
Operasi ini didukung penuh oleh TNI – Polri, BNPB, dan para relawan lokal. Penggunaan alat berat, teknologi canggih, serta sinergi lintas sektor menjadi wujud solidaritas nasional dalam menghadapi tragedi kemanusiaan ini.
“Keselamatan personel tetap menjadi prioritas. Kami telah menyiapkan ruang dekompresi di kapal, dan semua penyelam mengikuti SOP ketat. Ini bukan sekadar operasi teknis, tapi bentuk tanggung jawab negara terhadap warganya,” tegas Ribut.