Banyuwangi, seblang.com – Walaupun dengan keterbatasan sarana jalan yang kurang memadai apalagi menjelang musim penghujan, kubangan air sepanjang jalan membuat jalan menjadi licin. Namun semua itu tidak menyurutkan bagi warga lingkungan templek(kembiritan-karangsari) dengan menggelar acara baritan.
Kegiatan baritan ini rutin dilaksanakan setiap menjelang malam satu Suro. Tradisi ini merupakan warisan turun-temurun yang terus dijaga oleh masyarakat sebagai bentuk doa bersama untuk memohon keberkahan dan keselamatan.serta menyambungkan tali silahturahmi antarwarga.
Acara Baritan ini sendiri sebagai ritual tolak bala dalam tradisi adat di tanah Jawa di bulan Suro. Warga Jawa memanjatkan doa kepada Allah dengan tujuan memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dunia dan marabahaya. kamis (26/6/25).
Warga lingkungan templek menggelarnya di perbatasan desa ini mirip dengan acara selamatan biasanya. Masyarakat membuat takir (piring dari daun pisang) yang diisi dengan makanan sehari-hari.dan ada juga yang membawa nasi kotak.
Jumlah takir atau kotak ini, dibuat oleh masing-masing rumah dengan menyesuaikan jumlah anggota keluarganya. Semisal satu keluarga ada 5 orang, maka harus membuat 5 buah takir atau kotak.
Setelah memanjatkan doa bersama, sajian yang dibawa selanjutnya ditukar dan dimakan bareng-bareng. Bentuk kerukunan bersama dalam kehidupan bermasyarakat.
Ust.Haris selaku tokoh agama lingkungan templek mengatakan kegiatan ritual Baritan ini dikhususkan agar masyarakat tidak tertimpa marabahaya. Khususnya di wilayah lingkungan templek
“Kita berdoa bersama -sama meminta kepada Tuhan agar juga terhindar dari kejahatan,” ujarnya kepada media ini.
Haris meyakini , doa pada malam satu Suro sangatlah bagus. Sehingga warganya pun sangat antusias menggelar acara setahun sekali ini.
“Kami yakin doa kami terkabul. Ini tidak hanya untuk masyarakat lingkungan templek ,tapi juga untuk seluruh masyarakat Banyuwangi,” pungkasnya./////
