Malang, seblang.com – Disinyalir kurang maksimal pelayanan distribusi air minum yang dilakukan Perumda Tirta Kanjuruhan Malang, warga yang mendiami Griya Permata Alam RT.03 RW.10 melakukan penyegelen kantor Unit Pembantunya yang berada di wilayah Kecamatan Karangploso, Sabtu (14/6/2025) malam.
Penyegelan Kantor UPT Perumda Tirta Kanjuruhan di Karangploso ini menjadi tanda puncak kekecewaan warga terhadap layanan distribusi air bersih. Namun, lebih dari sekadar amarah, warga berharap suara mereka bisa lebih didengar.
“Dulu mereka mengemis agar kami izinkan pengeboran dan pembangunan tandon dengan janji air nyala 24 jam. Nyatanya, kami justru kekeringan,” ujar Asnam, Ketua RT03 RW10, yang mengaku tak kuasa menahan gejolak protes dari warganya.
Warga lain juga mengungkapkan matinya aliran air tanpa pemberitahuan sudah terjadi berulang, bahkan dalam sepekan terakhir sudah tiga kali. Sementara lokasi sumur bor dan tandon berada sangat dekat dengan rumah mereka.
“Berarti kami membuatkan sumur dan mencarikan air untuk kampung lain, sedangkan kampung kami tidak dialiri. Ini tidak sesuai janji awal mereka,” kata Indra (48), salah satu warga yang ikut aksi penyegelan.
Dampak yang terjadi dari kurang maksimalnya pelayanan air bersih ini, UMKM seperti Batik Lintang Malang pun harus menghentikan produksi. “Jangankan produksi batik, untuk masak, mandi, wudhu saja kami kesulitan,” ujar Ita Fitriyah, pemilik usaha batik yang terdampak.
Perumda Tirta Kanjuruhan melalui Humasnya, Marsudi, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan respons cepat dengan menurunkan truk tangki air ke kawasan terdampak.
“Dua truk sudah dikerahkan sejak kemarin malam Sabtu (15/6/2025) hingga hari ini, petugas masih berupaya agar pengerjaan secepatnya rampung,” katanya saat dihubungi awak media melalui sambungan telepon, Minggu (17/6/2025) malam.
Pihaknya telah membuka kembali ruang komunikasi aktif dengan warga dan menjadikan kejadian ini sebagai momentum introspeksi.
“Kami memahami bahwa air adalah kebutuhan utama. Untuk itu, keluhan masyarakat menjadi bahan koreksi dan motivasi bagi kami agar pelayanan ke depan lebih baik, adil, dan berkesinambungan,” terang Marsudi.
Perumda Tirta Kanjuruhan Malang memahami situasi tersebut, bahkan pihaknya mengatakan, warga tidak sedang melawan, melainkan meminta transparansi dan sistem yang bisa dipercaya.
“Kami tidak ingin hanya menanggapi setelah warga marah. Ke depan, kami berkomitmen membangun sistem distribusi yang lebih responsif dan terbuka. Aspirasi warga akan kami jaga sebagai pijakan perbaikan,” tandas Marsudi.
Usai penyegelan, komunikasi Perumda Tirta Kanjuruhan dengan warga mulai terbuka. Warga berharap penanganan dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya sesaat, agar ke depan tidak terjadi kekeringan di tengah sumber air sendiri.///////