Banyuwangi, seblang.com – Menangani stunting di Banyuwangi bukan perkara satu dua orang. Ini kerja bareng. Dari pemerintah, tenaga kesehatan, kader posyandu, sampai pedagang sayur keliling pun ikut turun tangan. Hasilnya? Prevalensi stunting di Bumi Blambangan kini tinggal 2,44 persen.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebut penurunan ini buah dari gerakan bersama yang menyasar hulu hingga hilir persoalan stunting. “Kami ingin tidak ada lagi bayi yang lahir dalam kondisi stunting. Dan kalaupun ada yang sudah terlanjur, jangan sampai tak tertangani,” kata Ipuk.
Penanganannya pun tak melulu soal kesehatan. Pola asuh, kondisi lingkungan, hingga edukasi gizi remaja putri dan calon pengantin ikut disentuh. Semua dipersiapkan agar anak-anak Banyuwangi bisa tumbuh sehat sejak dalam kandungan.
“Kami dampingi sejak masa remaja, kehamilan, hingga masa tumbuh kembang balita. Fokusnya pada pemenuhan gizi dan edukasi,” lanjutnya.
Data pencatatan gizi dari tahun ke tahun memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di 2021, kasus stunting masih tercatat 4.730 anak (8,64 persen). Setahun kemudian, turun jadi 2.704 anak (3,95 persen). Tahun 2023, kembali turun menjadi 2.555 anak (3,53 persen), dan pada 2024 tinggal 2.269 anak atau 2,44 persen.
Salah satu program unik Banyuwangi adalah melibatkan pedagang sayur keliling (mlijo) dalam pendeteksian ibu hamil risiko tinggi dan balita stunting. Mereka diberi edukasi agar bisa mengenali tanda-tanda stunting dan segera melaporkannya ke posyandu atau puskesmas. “Mlijo ini bisa jadi detektor awal yang efektif,” ujar Ipuk.
Ada juga program Hari Belanja Charity, digelar tiap tanggal cantik—seperti 1/1, 2/2, dan seterusnya. Hasilnya disalurkan ke warga kurang mampu, termasuk keluarga dengan balita stunting dan ibu hamil berisiko tinggi.
Dari sisi pencegahan, Banyuwangi menggandeng Pengadilan Agama untuk menekan angka perkawinan anak. Di sekolah-sekolah, dibentuk Duta Pencegahan Perkawinan Anak yang bertugas mengedukasi teman sebayanya soal risiko menikah di usia dini. “Stunting bukan cuma urusan kesehatan, tapi soal masa depan anak-anak kita. Dan semua bisa ikut ambil peran,” tutup Ipuk./////////