Pakai Pupuk Cair Fermentasi Limbah Buah dan Sayur, Wabup Malang Panen Padi Organik di Desa Sumber Ngepoh Lawang

by -18 Views
Writer: Achmad Soeseno
Editor: Herry W Sulaksono
Foto : Wakil Bupati Malang Lathifah Shohib bersama Forkopimcam Lawang serta Akademisi dari Universitas Negeri Malang saat panen padi menggunakan pupuk cair fermentasi limbah sayur dan buah

Malang, seblang.com – Wakil Bupati (Wabup) Malang Lathifah Shohib memanen padi hasil uji coba penggunaan pupuk cair dari limbah buah dan sayur di Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Rabu (11/6/2025). Inovasi ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Malang dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui kolaborasi dengan kalangan akademisi.

Wabup Lathifah menyebut penggunaan pupuk cair organik hasil fermentasi limbah buah dan sayur menjadi alternatif pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan bagi masyarakat desa. Penelitian ini dilakukan oleh tim Universitas Negeri Malang (UM) dan dinilai sebagai wujud nyata pengabdian kampus kepada masyarakat.

“Ini adalah salah satu terobosan yang sangat luar biasa yang nantinya memberikan pilihan pilihan pada masyarakat tentang bagaimana mengelola hasil produksi pertanian, dan penelitian dari akademisi kampus UM Malang merupakan salah satu keberhasilan dalam pengabdian pada masyarakat,” katanya pada awak media usai panen.

Selain itu, lanjut Wabup Malang, terkait penggunaan pupuk cair dari limbah buah dan sayur ini nantinya juga akan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk organic.

“Jadi penelitian uji coba dari UM ini nantinya menunjukkan secara pasti kalau menggunakan pupuk organic begini, kalau kombinasi 70 persen penggunaan 50 persen dan 30 persen hasilnya seperti ini,” ungkap Bu Nyai Lathifah.

Wabup Latifah menambahkan dari Dinas Tanaman Pangan Hortikulturu dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang akan memotong ketergantungan pupuk organic sampai 70 persen yang berarti akan menurunkan ketergantungan pupuk bersubsidi.

“Tadi Dinas Pertanian (DTPHP) menyampaikan kalau kalau kita potong sampai 70 persen berarti penggunaan pupuk bersubsidi juga semakin turun,”bebernya.

Dengan adanya penurunan dan ketergantungan pupuk bersubsidi di kalangan para petani pada akhirnya juga akan mengurangi anggaran dari pemerintah untuk penyediaan pupuk bersubsidi untuk kalangan petani.

“Berarti nantinya juga mengurangi anggaran untuk pupuk bersubsidi,” terang Wabup Lathifah.

Ia juga mendorong agar distribusi beras organik ini bisa melibatkan jaringan ibu-ibu seperti PKK, Muslimat, Fatayat, dan Persit, yang selama ini menjadi tulang punggung konsumsi rumah tangga.

“Jangan dulu berpikir ekspor ke luar daerah kalau kebutuhan lokal saja belum tercukupi. Ketahanan pangan itu dimulai dari dapur sendiri,” imbuhnya.

Ketua Tim Peneliti dari UM, Eli Hendrik Sanjaya S.Si, M.Si., yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Sains dan Rekayasa LPPM UM, menjelaskan bahwa panen kali ini merupakan hasil dari uji coba pupuk cair organik yang dikembangkan Tim PSR dan LPPM Universitas Negeri Malang. Uniknya, pupuk cair organik ini berbahan baku limbah buah dan sayur dari pasar yang diolah di Karangploso.

“Kami tidak hanya bicara hasil panen, tapi juga keberlanjutan. Dengan organik, tanah tetap sehat, tidak tergantung bahan kimia. Mikroba tanah tetap hidup, dan lingkungan tetap terjaga,” ujar Eli.

Lahan demplot sekitar 7.000 meter persegi dibagi menjadi tiga perlakuan: full kimia, kombinasi 70 persen organik dan 30 persen kimia, serta full organik.

“Hasil panen menunjukkan perbedaan kuantitas yang tidak terlalu mencolok, tapi efek jangka panjang terhadap kualitas tanah menjadi pembeda utama,” jelas Eli.

Eli menandaskan bahwa kegiatan ini mendukung program ketahanan pangan, keberlanjutan lingkungan dan juga mendukung tercapainya SDGs no. 1, 2, 3, dan 8.

“Jadi pada akhirnya kegiatan ini adalah mendukung ketahanan pangan yang merupakan program dari Presiden RI Prabowo Subianto,” pungkasnya.

iklan warung gazebo