Ribuan Warga dan Wisatawan Padati Festival Tumpeng Sewu di Kemiren Banyuwangi

by -16 Views
Writer: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono

Banyuwangi, seblang.com – Suasana Desa Adat Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi, berubah menjadi lautan manusia saat ribuan warga dan wisatawan tumpah ruah mengikuti Festival Tumpeng Sewu, Kamis (29/5/2025) malam. Acara budaya tahunan ini menyuguhkan pengalaman kuliner dan spiritual khas Suku Osing, etnis asli Banyuwangi.

Sejak sore hari, jalan utama desa telah dipenuhi masyarakat yang duduk lesehan di sisi kanan dan kiri jalan. Mereka membawa tumpeng lengkap dengan lauk-pauk, siap disantap bersama dalam semangat kebersamaan.

Begitu azan Magrib berkumandang, festival dibuka dengan pertunjukan Barong Kemiren. Dua barong, simbol kekuatan dan pelindung desa, bergerak dari dua arah berlawanan menuju pusat acara di Kantor Desa, diiringi tabuhan musik tradisional dan barisan pembawa obor.

Sembari barong melintas, obor-obor yang berjajar di sepanjang jalan mulai dinyalakan satu per satu, menciptakan suasana magis yang memukau para penonton.

Usainya pertunjukan menjadi tanda dimulainya santap bersama Tumpeng Sewu. Setiap keluarga, kelompok warga, dan tamu duduk bersila, menyantap hidangan khas yang telah mereka siapkan sejak pagi.

Salah satu menu wajib yang selalu hadir adalah Pecel Pitik, sajian ayam kampung panggang berbumbu kelapa parut dan rempah tradisional. Hidangan ini menjadi identitas kuliner kuat bagi masyarakat Osing.

“Dalam satu keluarga bisa menyiapkan tiga hingga lima tumpeng. Biasanya mereka juga mengundang keluarga dari luar desa untuk ikut serta,” ujar Mastuki, warga Kemiren yang ikut memeriahkan acara.

Ketua Adat Osing Kemiren, Suhaimi, menyebut Tumpeng Sewu sebagai warisan leluhur yang terus dilestarikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

“Selain makan bersama, ada tradisi Mepe Kasur, yaitu menjemur kasur di depan rumah pada pagi hingga siang hari. Ini simbol membersihkan diri dan hati,” jelasnya.

Perayaan tak berhenti sampai malam. Menjelang tengah malam, warga berkumpul kembali untuk mengikuti Mocoan Lontar Yusup, yaitu pembacaan naskah kuno yang mengisahkan perjalanan hidup Nabi Yusuf. Kegiatan ini berlangsung semalam suntuk, menambah kekhidmatan dalam kemeriahan.///////

iklan warung gazebo