Mepe Kasur 2025: Tradisi Bersih Desa di Kemiren Banyuwangi sebagai Simbol Keabadian dan Keberanian Rumah Tangga

by -19 Views
Writer: Ali Sam'ani
Editor: Herry W. Sulaksono

Banyuwangi, seblang.com – Tradisi Mepe Kasur atau menjemur kasur kembali digelar oleh masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, pada Kamis (29/05/2025). Tradisi tahunan ini bukan sekadar kegiatan membersihkan rumah, tetapi mengandung makna filosofis mendalam tentang kebersihan, kebersamaan, dan nilai-nilai rumah tangga.

Menurut penuturan Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kemiren, Adi Purwadi, Mepe Kasur merupakan bagian dari tradisi lama bersih desa yang ditandai dengan acara tumpeng sewu di waktu malamnya. Kini, tradisi tersebut juga diwujudkan dalam bentuk menjemur kasur sebagai simbol kebersihan dalam rumah tangga dan masyarakat.

“Tradisi ini dimulai sekitar tahun 2006, dan sejak itu menjadi simbol bersih desa yang terus dilestarikan. Menjemur kasur tidak hanya membersihkan fisik, tapi juga memaknai pentingnya menjaga harmoni dan kebersihan batin dalam keluarga,” jelas Purwadi.

Warga Kemiren secara serempak menjemur kasur mereka di depan rumah, mencerminkan komitmen menjaga kebersihan secara menyeluruh baik yang di luar maupun di dalam rumah. Tradisi ini juga menjadi momen kebersamaan karena seluruh warga turut ambil bagian dalam kegiatan gotong royong tersebut.

Yang menarik, kasur yang dijemur bukanlah kasur biasa. Kasur khas Kemiren memiliki warna hitam dan merah, yang sarat makna. “Hitam melambangkan keabadian dalam hubungan, sedangkan merah menggambarkan keberanian dan kerja keras. Dua unsur ini penting dalam membangun rumah tangga yang bahagia,” imbuhnya.

Kasur berwarna hitam dan merah bahkan menjadi perlengkapan penting yang diberikan kepada anak perempuan saat menikah. Tradisi ini menjadi simbol bahwa pasangan pengantin telah memiliki kelengkapan rumah tangga, dan secara simbolis siap membangun kehidupan yang baru.

Namun, Adi juga mengungkapkan bahwa melestarikan tradisi ini bukan tanpa tantangan. “Kasur yang berat membuat proses mepe menjadi sulit, apalagi jika perawatan kasur kurang baik, itu bisa menimbulkan rasa malu bagi pemiliknya,” katanya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk menjaga kualitas dan semangat pelestarian tradisi ini.

Ia menegaskan bahwa Mepe Kasur bukan hanya budaya, melainkan identitas. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga warisan leluhur ini? Anak-anak muda harus bangga dengan tradisi ini dan menjadikannya bagian dari kehidupan mereka,” tutup Purwadi.//////

iklan warung gazebo