Banyuwangi, seblang.com – Tragedi memilukan yang menimpa Dinda Carla Nur Anindita, bocah perempuan berusia tujuh tahun asal Kalibaru, Banyuwangi, masih menyisakan luka mendalam. Enam bulan berlalu sejak jasad mungil Carla ditemukan tak bernyawa, namun pelakunya belum juga terungkap.
Tekanan publik pun terus menguat, termasuk dari Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) yang kini mendesak pihak kepolisian untuk segera menuntaskan penyelidikan dan menetapkan tersangka dalam kasus ini.
“Kami percaya terhadap kinerja Kapolresta dan jajarannya dalam kasus kalibaru ini. Semua usaha dan langkah mungkin sudah dijalankan. Akan tetapi, jika memang sudah ada alat bukti dan barang bukti yang cukup, segera putuskan status tersangka kepada seseorang yang diduga sebagai pelaku,” ujar Sekjen Nasional TRC PPA, Veri Kurniawan, S.ST., S.H., usai bertemu langsung Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra menanyakan perkembangan kasus ini, Selasa (20/5/2025).
“Ini penting demi menjaga marwah dan nama baik institusi kepolisian agar tidak ada stigma bahwa Kepolisian tidak bekerja,” imbuhnya.
Menurut Veri, kehati-hatian dalam penetapan tersangka memang penting. Namun, keadilan juga harus segera ditegakkan, terutama dalam kasus yang merenggut nyawa anak di bawah umur dengan cara tak manusiawi. “Kami minta kepolisian segera memutuskan tindakan yang tegas, cepat, dan tepat demi keadilan dan kepastian hukum dalam kasus ini,” tegasnya.
Kasus pembunuhan Carla terjadi pada 13 November 2024 silam. Tubuh kecilnya ditemukan tak bernyawa di sebuah kebun kosong, hanya 200 meter dari rumahnya di Dusun Baru Rejo, Desa Kalibaru Manis. Kondisinya mengenaskan: kancing baju seragam sekolah terlepas dengan luka di bagian mulut dan belakang kepala. Sepeda mini pink yang biasa ia gunakan untuk sekolah ditemukan di sungai. Di lokasi juga terdapat satu sepatu dan permen lollipop. Diduga kuat Carla menjadi korban kekerasan seksual yang berujung pada pembunuhan.
Namun proses penyelidikan yang diharapkan membawa terang, justru membuat keluarga korban semakin gelisah. “Sudah lebih dari enam bulan ini, hasilnya cuma seperti-seperti itu saja. Masih belum ada perkembangan yang signifikan,” keluh Doni, ayah korban. Ia juga mempertanyakan kejelasan hasil otopsi yang disebut rusak. “Harusnya bisa ditanyakan ke dokter forensiknya. Kenapa bisa rusak? Itu yang saya tidak mengerti”.
Sejak kepergian putrinya, Doni memilih berhenti bekerja. Ia kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, mendampingi istrinya yang masih trauma dan mengurus anak bungsu mereka. Untuk mengobati rindu pada Carla, Doni membuat video singkat berisi kumpulan foto sang putri dari momen Carla berangkat sekolah dengan sepeda pink hingga potongan kue ulang tahunnya. Namun, bukannya terhibur, rasa kehilangan justru makin terasa perih. “Saya hanya ingin keadilan untuk putri saya. Siapapun pelakunya, saya mohon segera ditangkap, dan jangan sampai salah tangkap,” tegasnya.
Dinda Carla Nur Anindita merupakan siswi kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah. Hari naas itu, ia tak kunjung pulang sekolah, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa oleh ibunya dan para guru yang mencarinya. Hingga kini, misteri kematiannya masih gelap, dan sang ayah masih menanti: akankah keadilan itu benar-benar datang?
Sementara itu, pihak kepolisian memastikan bahwa proses penyidikan masih terus berjalan. “Untuk penyidikan masih terus berlangsung, doakan segera ada perkembangan signifikan,” kata Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Komang Yogi Arya.